Page 289 - BUKU EMPAT - DPR RI MASA ORDE BARU: MENGUATNYA PERAN NEGARA 1967-1997
P. 289
PER AN DPR D AN MUNCULNYA KRITIK
TERHAD AP ORDE B ARU 19 77 - 1982
Negara, ditangkap karena bersuara vokal mendukung gerakan protes
mahasiswa. Di samping itu, sejumlah tokoh militer purnawirawan
juga mendapat peringatan karena suara mereka yang kritis dan
dinilai anti-Soeharto, antara lain Jenderal (purn) A.H. Nasution, Ali
Sadikin, H.R. Dharsono, dan Kemal Idris. Selain penangkapan tokoh
kritis, pemerintah juga melakukan pembredelan terhadap media
massa (koran) yang dinilai tidak seimbang dalam menyiarkan kegiatan
mahasiswa. Koran yang dilarang terbit itu di antaranya Kompas, Sinar
Harapan, Merdeka, Pelita, Indonesia Times, Sinar Pagi, dan Pos Sore.
221
Kebijakan NKK Kebijakan NKK diawali dengan pembekuan Dema-Dema
diawali dengan seluruh Indonesia oleh Pangkopkamtib Soedomo (pengganti Soemitro).
pembekuan Dema- Keputusan pembekuan Dema ini kemudian diikuti keluarnya Surat
Dema seluruh Keputusan Menteri P dan K Nomor 0156/U/1978 terntang Normalisasi
Indonesia oleh Kehidupan Kampus (NKK). SK ini diberlakukan oleh Menteri P&K Daoed
222
Pangkopkamtib Joesoef mulai tanggal 19 April 1978.
Soedomo (pengganti Kontroversi terhadap pemberlakukan NKK/BKK pun mulai
Soemitro). bermunculan. Di tingkat mahasiswa sendiri tidak semuanya menolak
meskipun tidak sebesar yang menolaknya. Aksi penolakan itu sampai
berlanjut ke DPR. Reaksi pertama yang mengajukan protes kepada DPR,
dimulai oleh tiga orang mahasiswa ITB yang mewakili 12 perguruan tinggi
se-Bandung, pada 18 Desember 1978.47 Sejak saat itu, DM UI bersama-sama
DM se-Indonesia beberapa kali mendatangi DPR untuk melakukan protes.
4.8.2. Munculnya Petisi 50
Pada Rapat Pimpinan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
di Pekanbaru, Riau, 27 Maret 1980, Presiden Soeharto selaku panglima
tertinggi ABRI berpidato dan didengarkan secara saksama oleh peserta
rapim. Ia menyinggung soal asas tunggal Pancasila. Menurutnya,di
masa lalu Pancasila dirongrong oleh ideologi-ideologi lain dan partai
politik. “Saya meminta ABRI mendukung Golkar dalam pemilihan
umum,” kata Soeharto dalam pidato tanpa teksnya. Tiga pekan
kemudian, di Markas Kopashanda, Cijantung, 16 April 1980, Presiden
221 Mahasiswa Indonesia, mingguan yang berasal dari kalangan mahasiswa juga turut dibredel.
Padahal pada awalnya banyak tokoh utama Orde Baru yang mendukung terbitnya mingguan
ini. Hal ini menandakan dekatnya hubungan para pendiri Mahasiswa Indonesia, yang berbasis di
Bandung tersebut, dengan penguasa Orde Baru sejak awal berdirinya Orde Baru (mingguan ini
pertama kali terbit Juni 1966). Ini merupakan sesuatu yang mudah dipahami, mengingat salah
satu pendukung berdirinya Orde Baru adalah juga dari kalangan mahasiswa. Namun seiring
waktu, setelah perkembangan politik semakin menunjukan arah kebijakan Orde Baru yang dilihat
semakin melenceng ke arah yang berbeda dari harapan awal, mahasiswa menunjukan sikapnya
yang kritis, salah satunya melalui berbagai tulisan di mingguan tersebut. Selengkapnya lihat,
Raillon, Francois, Politik dan Ideologi Mahasiswa Indonesia: Pembentukan dan Konsolidasi Orde
Baru 1966-1974, Jakarta: LP3ES, 1985
222 Isi lengkap SK Menteri P dan K tersebut lihat lampiran.
SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 285
REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018
Bab IV.indd 285 11/21/19 18:13