Page 98 - BUKU MENYERAP ASPIRASI MENCIPTAKAN SOLUSI
P. 98
MENYERAP ASPIRASI MENCIPTAKAN SOL USI
Gobel juga melakukan dialog dengan berbagai asosiasi
pelaku usaha. Dalam dialog tersebut terungkap sejumlah
masalah seperti aturan perpajakan yang kurang mendukung,
di industri hulu yang kurang membantu suplai bahan baku,
masalah bahan baku penolong, serta sejumlah regulasi yang
tumpang tindih.
Di industri mebel misalnya, pelaku industri keberatan
dengan kebijakan biaya pada pengurusan Surat Verifikasi
Legalitas Kayu (SVLK). Biaya yang dipungut pemerintah
dinilai terlalu tinggi berkisar dari Rp 50 juta sampai Rp 100
juta. Ini sangat memberatkan, terutama bagi industri kecil
dan menengah (IKM).
Industri ini juga mengeluhkan soal kurangnya dukungan
pemerintah terhadap pengembangan teknologi. Sejumlah
regulasi juga dirasakan menghambat seperti proses di bea
cukai, tenaga kerja, kesulitan untuk mendapat komponen
pendukung serta tarif pajak yang tinggi.
Semua itu membuat produk mebel dan kerajinan nasional
kehilangan daya saing, baik di pasar dalam negeri maupun
pasar global. Akibatnya, keunggulan Indonesia di bidang
sumber daya kehutanan menjadi kurang berarti dan juga
membuat pertumbuhan ekspor menjadi jauh lebih rendah
dibandingkan negara pesaing seperti China dan Vietnam.
Total ekspor mebel dan kerajinan China sudah mencapai
diatas US$ 60 miliar, dan Vietnam sekitar US$ 10 miliar,
sementara Indonesia hanya sekitar US$ 2 miliar. Padahal, dari
sisi bahan baku Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan
kedua negara tersebut.
Di Jawa Timur, Rachmat Gobel juga menerima dan
melakukan dialog dengan Forum Komunikasi Asosiasi
Pengusaha (Forkas) Jatim. Tidak kurang dari 10 asosiasi dunia
usaha yang menyampaikan keluhannya seperti Himpunan
Industri Mebel dan Kerajinan (HIMKI), Asosiasi Pertekstilan
76