Page 8 - MAJALAH 101
P. 8

PESAN PIMPINAN




          IMPLEMENTASI HUKUM ISLAM


          DAN KEBIJAKAN LOKAL DI ACEH




          OLeH dr. MarzUki aLie

          Beberapa waktu belakangan ini, perhatian masyarakat kembali mengarah ke Aceh. Perhatian
          tersebut  muncul  bukan  karena  bencana  gempa  bumi,  tsunami  atau  munculnya  kelompok
          separatis di wilayah ini, namun oleh disahkannya Qanun No. 3 tahun 3013 tentang Bendera
          dan Lambang Aceh, yang mengadopsi lambang dan bendera yang mirip simbol Gerakan Aceh

          Merdeka, sebagai lambang dan bendera Aceh. Dengan peristiwa ini, masyarakat dan Pemerintah
          kemudian kembali bertanya, apakah yang diinginkan oleh masyarakat Aceh telah difahami
          oleh Pemerintah Daerahnya? Sebab kebijakan implementasi hukum Islam dan kebijakan lokal

          di Aceh, seperti disahkannya Qonun No. 3 tahun 3013, justru mengundang keraguan dari
          masyarakat Aceh sendiri.

           Tidak  lepas  dari  pengesahan                                    Politik” yang menempatkan Islam
          Qanun,  yang  pada  saat  opini                                    sebagai “objek politik”, misalnya
          ini  ditulis  masih  dievaluasi  oleh                              menggunakan simbol­simbol Islam
          Pemerintah Pusat, patut kita cermati                               untuk kepentingan politik praktis
          kembali pemikiran mengenai makna                                   pada partai­partai tertentu. Politik
          implementasi  hukum  Islam  dan                                    Islam  memiliki  pengertian  lebih
          kebijakan lokal di Aceh.                                           luas, mengandung pemikiran yang
                                                                             bermula dari masalah etika politik,
           Tidak dapat dipungkiri, masya­                                    falsafah  politik,  kepercayaan,
          ra kat  Aceh  khususnya,  sangat                                   hukum,  dan  sebagainya,  hingga
          menginginkan  kembali  hadirnya                                    tata­cara  hidup  bernegara.  Para
          kejayaan “Tanah Rentjong” seba­                                    orientalis  Barat  pun  mengakui,
          gaimana kejayaan Kerajaan Samu­                                    Islam  lebih  dari  sekadar  agama,
          dera Passai di abad ke­14. Kesultanan                              namun juga mencerminkan sistem
          Passai atau Samudera Passai, adalah                                peradaban  yang  lengkap,  yang
          kerajaan Islam pertama di Nusantara                                mencakup  agama  dan  negara
          yang  kaya  dan  makmur,  yang                                     secara bersamaan. Islam bukanlah
          amat disegani oleh penjajah Barat  Pase di Kota Lhokseumawe yang  semata agama (a religion), namun
          maupun  negara­negara  wilayah  saya hadiri beberapa waktu lalu,  juga  merupakan  sebuah  sistem
          Asia  Tenggara.  Masa  kejayaan  juga  bertujuan  untuk  menggali  politik (a political system). Bahkan
          Samudera Passai, sebagai kerajaan  kembali  peradaban  Islam  dan  boleh dikatakan bahwa keragaman
          Islam pertama di Nusantara dengan  peran strategis Aceh sebagai pusat  khazanah pemikiran politik Islam itu
          julukan “Serambi Mekkah” inilah,  pembaruan menuju tata kehidupan  bermula pada pemikiran tentang
          yang kemudian menjadi model bagi  yang lebih Islami.               hubungan agama dan negara.
          masyarakat Aceh untuk diwujudkan
          kembali di masa sekarang.          Politik Islam                     Meskipun pada beberapa puluh
                                                                             tahun  belakangan  ini  ada  se­
           Berbagai  diskusi,  seminar,  dan   Berbicara  mengenai  upaya  mentara  kalangan  ummat  Islam
          berbagai upaya yang telah dilakukan  implement asi  hukum  Islam  yang  mengklaim  diri  sebagai
          untuk mewujudkan kejayaan Aceh,  dan  kebijakan  lokal  Aceh,  tentu  kalangan “modernis”, yang beru­
          termasuk implementasi hukum Islam  saja  tidak  lepas  dari  berbicara  saha memisahkan kedua sisi itu,
          dan berbagai kebijakan lokal terkait  mengenai  Islam  sebagai  “Politik  yaitu  Islam  dan  politik,  namun
          otonomi daerah. Tidak terkecuali  Islam” (Siyasah Islamiyah). Jangan  seluruh gagasan pemikiran Islam
          Seminar Internasional Samudera  keliru  dengan  istilah  “Islam  sesungguh nya  dibangun  di  atas


          8  PARLEMENTARIA  EDISI 101 TH. XLIII, 2013
   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13