Page 58 - MAJALAH 103
P. 58
Memasuki masa SMP Agus
harus menempuh perjalanan 2,5
KM menuju sekolahnya, karena
memang konon desa tempat tinggal
Agus yang tergolong terpencil. Dan
ketika SMA Agus harus menempuh
perjalanan lebih jauh lagi, 9,5
km, sebuah sekolah di ibukota
Kabupaten, tepatnya di Ungaran.
Dikisahkannya, Lulus SMA usia
Agus masih 17 tahun, usia yang
tergolong muda saat itu dibanding
temantemanya, namun diakuinya
hal itu bukan karena dirinya pandai
atau pintar, melainkan usianya yang
masih dini ketika masuk Sekolah
Dasar, 4,5 tahun.
sendiri, dua tahun sebagai pelaksana Saat itu menurut Agus kesejahteraan
Karir dan Politik di perusahaan tersebut, Agus untuk PNS sudah jauh lebih baik
pindah ke perusahaan lainnya, PT dibanding ketika jaman ayahnya
Lulus SMA, Agus memutar otak Astra Graphia yang dikenal dengan bekerja. Agus bersyukur bahwa Allah
untuk tetap bisa mewujudkan produk mesin fotocopy nya. Disini SWT selalu membuka jalan baginya.
citacitanya itu. Antara pede dan Agus tidak hanya mampu memenuhi Berbekal pengalamannya bekerja di
nekad, tahun 1974 ia memutuskan kebutuhan hidupnya saja, namun perusahaan swasta hingga akhirnya
untuk hijrah ke ibukota mengikuti lebih dari itu pundipundi rupiah pun membuka perusahaan sendiri,
jejak sang kakak. Untungnya dapat dikumpulkan Agus. Hingga tahun 1989 Agus didapuk jabatan
didikan orangtua membuat Agus kemudian Agus memberanikan sebagai Kepala Sub Bidang Prasarana
dan saudarasaudaranya kompak, diri untuk hidup mandiri dengan Perlindungan Konsumemn pada
sehingga setibanya di Jakarta, sang meninggalkan rumah sang kakak, Puslitbang PDNBPPIP Departemen
kakak langsung menawarkan pilihan dan pindah di rumah kontrakan Perindustrian dan Perdagangan.
ke Agus untuk memilih kampus yang tak berapa luasnya.
yang sesuai dengan keinginanya. “Lima belas tahun sebagai PNS
Dipilihlah STTN (sekolah tinggi Lima tahun bekerja sebagai teknisi membuat saya berpikir bahwa
teknologi nasional) yang sekarang lapangan di perusahaan yang jika menjadi PNS itu berarti saya
ISTN sebagai tempat Agus menimba lumayan besar itu tak membuat berjalan di jalur lambat, karena
ilmunya. Agus merasa puas diri, Agus kalau kencangkencang bisa
kemudian “loncat” ke perusahaan nabrak,”ungkap Agus berfilosof.
“Tapi ketika itu, kakak saya berpe lainnya sebagai Asisten Menejer.
san hanya mampu membiayai kuli ah Ternyata di perusahaan ini pun Agus Kurang lebih kalimat Agus itu
saya di tahun pertama saja. Selebih tak bertahan berapa lama, hingga bermakna jika mengikuti perjalanan
nya kamu harus cari sendiri Gus, kemudian ia kembali pindah ke karirnya sebagai PNS, Agus tidak
kata kakak saya,”kisah adik kandung perusahaan swasta lainnya. Sambil akan pernah bisa sampai ke posisi
Hadi Utomo, Ketua Umum Partai berpindahpindah kantor, tak lupa puncak seperti Menteri. Padahal
Demokrat Periode 20052010 ini. Agus terus mengumpulkan pundi sebagai seorang pemuda, Agus
pundi rupiah, hingga akhirnya ia memiliki citacita setinggi langit.
Ucapan sang kakak tak membuat memiliki ide untuk membuka usaha Dengan begitu, tak ada jalan lain
khawatir Agus. Lagilagi dengan foto copy dan menjadi direktur bagi Agus untuk meraih citacitanya
kepedean dalam dirinya Agus yakin utamanya (hingga sekarang selain lewat jalur politik.
bahwa ia akan segera mendapat perusahaan itu masih ada).Tak
pekerjaan sebelum memasuki hanya memiliki usaha sendiri, ketika Bidang politiklah yang bisa
tahun ke dua perkuliahannya. itu Agus pun membeli rumah sendiri men adi perahu bagi Agus dalam
j
Dengan diiringi doa, Agus tak di kawasan Rawamangun, Jakarta mengantarkannya menuju posisi
perlu menunggu waktu lama Timur. puncak pengambil keputusan sebuah
untuk bekerja. Ia diterima menjadi negara. Ketika masa reformasi
pelaksana di salah satu perusahaan Puas malang melintang di terjadi, seiring dengan itu organisasi
kontraktor, PT Hindya Taruna Jaya. perusahaan swasta, Agus merasa massa dan partai politik pun banyak
bahwa sudah saatnya ia mengabdi bermunculan. Hal tersebut ikut
Tak mengurangi rasa syukurnya kepada Negara secara langsung alias menjadi angin surga bagi Agus.
bisa membiayai kebutuhan hidupnya menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pasalnya ia dapat leluasa memilih
58 PARLEMENTARIA EDISI 103 TH. XLIII, 2013