Page 57 - MAJALAH 104
P. 57
dengan sang ayah pun terputus siapa pun. Akhirnya, saya langsung takdirnya. Perlahan ia mulai
menyusul langkah kaki Laurens cari kerja. Saya happy dapat kerja menemukan jati dirinya.
yang tak bisa dihalangi lagi me- agar bisa makan dan kuliah.”
j
nu u Denpasar. Perjalanan me- Terakhir, ia diterima bekerja di
nuju Denpasar 26 jam. Sangat Pekerjaan Laurens muda member- sebuah biro perjalanan. Laurens
melelahkan. Melewati Labuan Bajo, sihkan kantor. Menyapu, mengepel, muda meniti karir pekerjaan dari
Sape, Lombok, Sumbawa, dan dan menyediakan minum jadi bawah. Di biro perjalanan itu ia
berlabuh di Denpasar. pekerjaannya sehari-hari. Ia mera- menjadi office boy. Tugasnya
sa happy sebagai tukang sapu menyapu kantor lagi. Lalu, naik jadi
Tanggal 4 Mei 1986, Laurens kantor. Itu perkerjaan yang biasa ia messenger yang tugasnya meng-
menginjakkan kakinya untuk lakukan di kampung. Hampir semua antar surat. Setelah itu ditempatkan
pertama kali di Denpasar. Tiba di pekerjaan kasar pernah dilakoni di bagian administrasi. Dari bagi an
sebuah terminal di Denpasar, ia Lurens muda. Selain jadi tukang administrasi naik ke bagian mar-
bingung ke mana harus mencari sapu, ia pernah pula menjadi kuli keting. Bekerja dengan baik dan
tempat tujuan. Akhirnya, ia coba bangunan, kuli angkut, mengebor penuh disiplin, mengantarkan
mencari perkampungan Flores di sumur, hingga menjadi salesman Laurens muda pada posisi super-
tempat perantauannya itu. “Saya cari produk barang dan asuransi. visor. Bahkan, ia naik satu level lagi
kampung Flores. Di situ saya tinggal menjadi manajer.
2 malam. Baru saya cari tempat Laurens muda menyadari betul
tinggal sendiri. Dan langsung saya bahwa untuk sukses, ia harus Saat yang sama di tahun 1986 itu,
cari kerja,” ungkapnya. berjuang keras di perantauan. ia pun sudah kuliah di Universitas
Perselisihannya dengan sang ayah Dwijendra, Denpasar. Jurusan
Tak lama Laurens muda pun ia lupakan sementara. Ia ingin yang ia ambil adalah komunikasi.
mendapat pekerjaan. Ia mendapat berkonsentrasi pada pekerjaannya. Alasannya sederhana, ia ingin
pekerjaan dari perusahaan jasa Dan kelak ia juga harus menun- mampu berkomunikasi dengan
cleaning service dan ditempatkan di jukkan kesuksesannya sekaligus baik. Apalagi saat itu ia bekerja di
kantor pajak. Ia mencari pekerjaan membuktikan bahwa pilihannya biro perjalanan yang membutuhkan
semata-mata untuk menyambung merantau ke Denpasar tidak salah. keterampilan berbahasa. Pagi hingga
hidup dan bisa membiayai kuliahnya Laurens seperti sedang dituntun sore ia bekerja. Sore hingga malam,
sendiri. “Di Bali, apapun saya ia kuliah. Waktunya habis terkuras di
lakukan. Saya tidak dapat biaya dari 2 tempat saja, kantor dan kampus.
Memasuki tahun ketiga di
bangku kuliah, Laurens muda
mulai membuka komunikasi
dengan ayahnya. Kebetulan di
Denpasar ada banyak kawannya
yang satu kampung. Laurens sering
menitipkan surat untuk sang ayah
lewat kawannya itu bila pulang
ke Flores. Ia menceritakan kondisi
hidup di perantauan. Ayahnya
menerima dengan baik surat
Laurens. Keduanya mulai
menyimpan rasa rindu.
“ S e te l ah 3
t a h u n
kuliah,
PARLEMENTARIA EDISI 104 TH. XLIII, 2013 57