Page 55 - MAJALAH 104
P. 55
sederhana namun mulia. Desanya
di ketinggian bukit sangat sulit
mendapatkan air bersih. Sementara
desa-desa yang ada di kaki bukit
justru mudah mendapatkan sumber
air bersih. Realitas inilah yang
membuat Laurens kecil sudah
berpikir jauh ingin menciptakan
sarana air bersih yang bisa dinikmati
semua warga desa.
Tinggal di Kota
Sejak ibundanya wafat tahun 1976,
Laurens kecil diasuh oleh kakak laki-
laki ibunya yang kebetulan semua
anaknya perempuan. Menurut adat
di Manggarai, anak perempuan
dari kakak laki-laki bisa dinikahkan
dengan anak laki-laki dari adik
perempuannya. “Tapi, karena
mereka jauh lebih dewasa umurnya
daripada saya, jadi dianggap
mencarikan air bersih untuk mengisi Uniknya lagi, karena belum ada sebagai adik laki-lakinya. Sedangkan
bak mandi sang guru. Sumber air bola kulit atau plastik, Laurens dan mereka saya anggap sebagai kakak
bersih jaraknya sekitar 2 km dari para sahabat kecilnya membuat perempuan saya,” jelas Laurens.
sekolah. bola dari dedaunan. Mereka
kumpulkan dedaunan, lalu diikat Setelah ibunya wafat, kehidupan
Kehidupan yang serba sulit, menyerupai bola. Jadilah bola yang keluarga terasa semakin keras.
membuat warga setempat saling bisa dimainkan. “Saya dulu hobi Urusan rumah tangga diserahkan
menolong, termasuk para murid di sekali sepak bola, bahkan saya selalu kepada sang ayah dan Laurens
sekolah Laurens. Laurens dan teman- masuk klub. Kalau ada pertandingan sebagai anak sulung. Ayahnya
temannya tampak senang dan antarsekolah atau kampung saya kemudian menikah lagi dengan
menikmati rutinitas itu setiap hari. ikut. Saya di posisi penyerang. wanita lain. Tapi Laurens tak
Pelajaran yang disuka Laurens adalah Makanya, saya punya kaki banyak merasakan betul kasih sayang ibu
matematika dan bahasa Indonesia. luka, karena sering main bola,” cerita tirinya itu, karena sudah tinggal
Laurens selalu berprestasi. Ia kerap Laurens, penuh tawa. dan diasuh oleh pamannya.
menempati ranking 2 atau 3. Guru- Ayahnya sendiri adalah pribadi
guru di sekolahnya kerap masih Anak-anak di desanya begitu yang sederhana namun tegas
menggunakan bahasa daerah saat gila bola. Dan sepak bola menjadi menegakkan disiplin pada anak-
mengajar. Bahasa Indonesia belum olahraga yang murah dan mudah anaknya.
menjadi bahasa komunikasi sehari- dimainkan. Senangnya mengingat
hari yang populer. masa kecil di kampung. Hanya saja, Ayahnya sangat tidak suka bila
Laurens kecil sering jatuh sakit. melihat anak-anaknya makan tak
Pulang sekolah, kembali Laurens Kondisi lingkungan yang sulit, habis. Perjuangan mendapatkan
harus menempuh perjalanan jauh. terutama terhadap akses air bersih, nasi sangat luar biasa dirasakan
Tiba di rumah sekitar pukul dua menjadikan anak-anak rentan ayahnya yang kebetulan petani.
siang. Ia tidak langsung istirahat, terserang penyakit. Maka, ketika Suatu hari Laurens menyisakan
tapi menemui sang ayah untuk ditanya apa cita-citanya sewaktu sedikit makanan di piringnya. Saat
membantu bekerja di kebun. Selain kecil? Ia menjawab, hanya ingin ayahnya melihat, langsung saja
sawah, ayahnya juga punya kebun menciptakan sumber air bersih wajahnya dibenturkan ke piring.
kopi, cengkeh, dan pisang. Hingga di desanya, agar warga di desa “Ayah mengajarkan, pokoknya
sore, ia membantu sang ayah di mudah mendapatkan air bersih utuk tidak boleh menyisakan makanan.
kebun. Sementara bicara soal kebutuhan sehari-hari. Menurut ayah, kita dapat makan itu
permainan favorit di masa kecil, susah. Tidak boleh dibuang-buang.”
Lurens sangat suka bermain bola. “Waktu kecil itu, saya punya cita-
Lapangan bolanya sangat luas, cita bagaimana kalau nanti saya Bahkan, saat duduk di SMP, Lau-
persis berada di tengah-tengah besar jadi orang hebat, air bisa masuk rens sempat ketahuan ayahnya
pemukiman penduduk desa. ke desa saya,” kenangnya. Cita-cita sedang merokok. Sang ayah
PARLEMENTARIA EDISI 104 TH. XLIII, 2013 55