Page 56 - MAJALAH 104
P. 56
dan teman-temannya harus jalan
puluhan km dan menyebrangi pulau
dengan kapal laut. “Yang saya ingat,
kami pergi rame-rame dari kota jalan
kaki sekitar satu malam satu hari.
Lalu naik kapal laut. Kapalnya jelek
dan kami berangkat malam hari.
Itu baru pertama kali saya keluar
naik kapal laut. Itu kenangan yang
indah,” ujar Laurens.
Merantau Ke Denpasar
Memasuki tahun 1986, Laurens
sudah tamat SMA. Sebagai pribadi
yang suka tantangan, ia ingin sekali
melanjutkan kuliah keluar daerah
untuk mencari tantangan baru.
Namun, keinginan itu ditentang
keras ayahnya. Sang ayah ingin agar
Laurens melanjutkan kuliah ke kota
Kupang, NTT, dengan harapan bisa
menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
Apalagi jarak Flores ke Kupang
memperingatkannya dengan keras “Samuel Sarimata sebentar cukup dekat.
agar tidak merokok. Sejak saat lagi akan pensiun. Dia sekarang
itulah, Laurens tak pernah merokok Kepala Sekolah di SMA Baumata, Dalam pandangan masyarakat
hingga sekarang. “Saya dipukul kupang,” jelas Laurens, mengenang di kampungnya, status PNS sangat
ayah. Makanya sampai saat ini saya gurunya itu. Prestasi Laurens terus populer dan terhornat. Sebaliknya,
tidak merokok lagi,” ujar Laurens. berlanjut di SMP. Ia banyak sekali menjadi pegawai swasta justru
mendapatkan sertifikat prestasi di dipandang negatif. “Orientasi ayah
Setamat SD, tahun 1981, Laurens SMP. Selain matematika dan bahasa saya, kuliah di Kupang agar cepat
hijrah ke kota dan tinggal bersama Indonesia, saat di SMP ia juga jadi PNS. Di tempat saya, yang
gurunya yang sejak SD sangat menyukai pelajaran sejarah dan PMP dihormati dan disebut pegawai itu,
menyayanginya. Ia melanjutkan (Pendidikan Moral Pancasila). ya PNS. Pegawai swasta tidak disebut
pendidikan di SMP Negeri II pegawai, karena dinilai hanya makan
Ruteng, Manggarai, Flores. Karena Ada kenangan menarik saat di gaji saja. PNS kelasnya ada di atas.
kabaikan gurunya itu, Laurens bisa SMP. Guru bahasa Inggrisnya begitu Sangat tradisional pemikiran orang-
melanjutkan sekolah. Ayahnya galak. Kadang suka memukul orang di kampung saya,” papar
sudah tak sanggup membiayainya muridnya dan Laurens termasuk Laurens, penuh senyum.
sekolah. Laurens tinggal bersama yang kena pukul. Laurens sangat
sang guru hingga tamat SMA. jengkel dengan guru yang satu itu. Bagi Laurens, melanjutkan studi ke
“Tetapi karena jengkel itu, jadinya Kupang seperti dianjurkan ayahnya,
“Karena saya berprestasi dan saya belajar betul. Kalau dia tidak sama sekali tidak ada tantangannya.
lihat nilai saya bagus, apalagi saya keras, mungkin saya tidak punya Ia melihat biasa saja dan tidak
anak seorang petani, dia minta niat untuk belajar bahasa Inggris,” istimewa betapapun setelah itu bisa
saya tinggal bersamanya sampai kenang Laurens. menjadi PNS. Tekad sudah kuat.
tamat SMA. Dia yang membiayai Keinginan untuk merantau tak bisa
saya sekolah,” tutur Laurens. Sang Setamat SMP, tahun 1983, Laurens ditawar lagi. Ia tak menghiraukan
guru bernama Samuel Sarimata melanjutkan ke SMA Negeri II Ruteng, sang ayah yang tak rela Laurens
dan tinggal di sekolah. Kedekatan Manggarai, Flores. Di bangku SMA pergi meninggalkan kampung
Laurens dengan gurunya itu bermula ia mulai banyak berorganisasi. Dan halaman dan keluarga.
saat Laurens masih duduk di kelas 4 ia tetap berprestasi selama di SMA.
SD. Laurenslah yang mengurus kuda Kenangan yang mungkin tak pernah Apa boleh buat, demi memegang
milik gurunya itu. Ia rajin memberi ia lupakan adalah ketika bersama sebuah prinsip yang diyakininya
rumput dan minum setiap hari. teman-teman satu sekolahnya benar dan mendapat tantangan
Sang guru jadi sangat menyayangi mengikuti Tri Lomba Juang. baru, Laurens pergi menuju
Laurens. Denpasar, Bali, tanpa pamit pada
Dalam lomba tersebut, Laurens ayah dan keluarganya. Hubungan
56 PARLEMENTARIA EDISI 104 TH. XLIII, 2013