Page 11 - MAJALAH 213
P. 11

LAPORAN  UT AMA







            mencapai 614,5 ribu barel per hari,                                   Selanjutnya, Banggar DPR,
            dari target lifiting APBN 2022 sebesar                             mengharapkan pemerintah
            635-703 ribu barel per hari,” ungkap                               mengambil langkah-langkah
            Said.                                                              strategis. Pertama, bila angka subsidi
               Selama rentang Januari-Agustus                                  BBM bergeser dari Rp502 triliun
            2022, penggunaan pertalite telah                                   ke Rp650 triliun, pemerintah bisa
            mencapai 19,5 juta kiloliter dari                                  mengambil kebijakan kurangan
            kuota 23 juta kiloliter. Terhadap                                  bayar kepada Pertamina dengan
            penggunaan solar subsidi pada                                      menggunakan APBN 2023. Namun,
            rentang waktu yang sama mencapai                                   Banggar menyarankan ruang
            11,4 juta kiloliter dari kuota 14,9 juta                           kekurangan bayar itu maksimal di
            kiloliter. Permintaan tinggi terhadap                              rentang Rp100-140 triliun dengan
            pertalite dan solar sejalan dengan                                 menyesuaikan pergeseran harga ICP
            makin membaiknya pemulihan                                         dan kurs rupiah terhadap dolar AS.
            ekonomi masyarakat. Pada kuartal II                                   Kedua, operasi pasar harus terus
            2022 lalu, pertumbuhan ekonomi kita   Pertumbuhan ini              dilakukan, karena ada gap harga yang
            telah mencapai 5,44 persen year on                                 tinggi antara BBM bersubsidi dengan
            year (yoy).                        telah memposisikan              non subsidi. Migrasi besar-besar para
               “Pertumbuhan ini telah          situasi ekonomi kita            pengguna pertamax ke pertalite
            memposisikan situasi ekonomi       sedikit lebih baik dari         bisa terjadi. Belum lagi, tingginya
            kita sedikit lebih baik dari sebelum                               permintaan solar dan pertalite
            pandemi Covid-19. Ekonomi kita yang   sebelum pandemi              berpotensi diselundupkan atau
            pulih ini wajib kita syukuri, tetapi ada   Covid-19. Ekonomi       ditimbun. Di sinilah, pemerintah harus
            risiko kebutuhan pertalite dan solar   kita yang pulih ini         memastikan distribusi mencukupi
            yang meningkat drastis,” tutur politisi                            ke seluruh wilayah Indonesia. Ketiga,
            PDI Perjuangan itu.                wajib kita syukuri,             pemerintah harus memastikan
               Akibatnya, pemerintah           tetapi ada risiko               kebutuhan solar untuk petani, nelayan,
            menghadapi dua persoalan           kebutuhan pertalite             pelaku usaha mikro, dan tukang ojek.
            sekaligus yang harus diselesaikan,                                    Keempat, melakukan operasi
            yakni tekanan harga BBM yang       dan solar yang                  dan intervensi pasar atas kenaikan
            tinggi, sekaligus membangkaknya    meningkat drastis               beberapa kebutuhan bahan pokok
            kebutuhan pertalite dan solar karena                               rakyat akibat kenaikan harga BBM.
            permintaan yang naik.                                              Beberapa bahan pangan rakyat
                                               Said Abdullah
               Terhadap tingginya harga        Ketua Banggar DPR RI. FOTO: JAKA/NVL  perlahan naik di beberapa tempat.
            minyak dunia, karena sebagian besar                                Oleh sebab itu kegiatan operasi
            kebutuhan minyak dalam negeri     penambahan anggaran subsidi dan   dan intervensi pasar harus cekatan,
            dari impor, pemerintah pun telah   kompensasi energi yang semula   serta mempersiapkan dukungan
            menaikkan harga BBM, baik yang    Rp502 triliun menjadi Rp698 triliun.   kemampuan stok Bulog.
            subsidi maupun kompensasi pada 3   Asumsi ini belum memperhitungkan   Akhirnya, bagaimana pun
            September 2022 lalu. Dalam konteks   kenaikan harga BBM per 3      stabilitas APBN harus terjaga. Jangan
            ini, Banggar DPR mengapresiasi    September lalu.                  sampai goyah, karena beban subsidi
            kebijakan tersebut, sebab Banggar    Dengan memasukkan komponen    yang terus membengkak, sehingga
            DPR sebelumnya telah mendorong    perubahan harga BBM per 3        pemerintah tak memiliki ruang
            agar pemerintah mengubah tarif    September 2022, diperkirakan     fiskal yang memadai mengelola
            BBM.                              anggaran subsidi dan kompensasi   anggaran. Berbeda dengan tahun
               Terhadap kebutuhan             energi menjadi Rp650 triliun. “Atas   depan, APBN 2023 tidak lagi terikat
            penambahan kuota, pemerintah telah   langkah cepat pemerintah ini,   dengan Undang Undang Nomor 2
            menambah kuota BBM bersubsidi,    Banggar DPR mengapresiasi sebagai   Tahun 2020 yang mengatur stabilitas
            untuk pertalite dari semula 23 juta   upaya pengamanan kebutuhan stok   keuangan untuk penanganan
            kiloliter menjadi 29 juta kiloliter.   BBM, khususnya BBM bersubsidi   Covid-19. Kini, pemerintah harus
            Sedangkan solar dari semula 14,9   untuk rakyat, karena ini menyangkut   mendapatkan persetujuan DPR bila
            juta kiloliter menjadi 17,4 juta kiloliter.   hajat hidup orang banyak,” tegas   ada kebijakan yang berdampak pada
            Kebijakan ini berkonsekuensi pada   Said.                          APBN. lann/es



                                                                          TH. 2022      EDISI 213      PARLEMENTARIA        11
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16