Page 47 - Stabilitas Edisi 214 Tahun 2025
P. 47
antangan bisnis asuransi
syariah ke depan tidak bisa
dianggap ringan. Perubahan
Tbisnis dan tuntutan regulator
terkait permodalan menjadi perhatian
utama dari pelaku industri. Dibutuhkan
konsolidasi dari perusahaan untuk
memperkuat bisnis, yang bisa dilanjutkan
dengan mendorong inovasi untuk
menciptakan produk-produk khas
asuransi syariah.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), meski kue bisnis syariah masih
terbuka sangat lebar terutama bagi
industri asuransi syariah, namun
regulator mengendus sejumlah tantangan
yang bakal dihadapi industri asuransi
syariah di masa mendatang. “Ada
beberapa aspek yang jadi perhatian
terkait tantangan (industri asuransi
syariah) ke depan,” kata Kepala
Eksekutif Pengawas Perasuransian, Akan ada pengembangan produk yang
Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK Ogi
Prastomiyono, medio Maret 2025. harus disesuaikan dengan kebutuhan
Tantangan tersebut di antaranya industri di mana ada industri halal, wakaf,
adalah, peningkatan struktur permodalan sedekah, dan ini harus dikembangkan
pada asuransi syariah yang sesuai dengan
POJK. Lalu yang kedua, terkait ketentuan perusahaan asuransi syariah.
spin off perusahaan asuransi syariah
yang harus dilaksanakan paling lambat
Desember 2026. Ketiga, kehadiran era Ogi Prastomiyono, Komisioner OJK
digitalisasi mengharuskan perusahaan
asuransi syariah wajib meningkatkan
platform digitalnya. Keempat, pelaku
industri harus secara bersama-sama
meningkatkan literasi kepada masyarakat menekankan adanya sertifikasi dan juga “Nanti perbankan ada kewajiban spin
terutama terkait asuransi syariah. ditujukan kepada Direksi, Komisaris, off dan LJK berbasis syariah memerlukan
Untuk menghadapinya, Ogi dan pemegang saham. “Harus punya pertanggungan syariah dan itu hanya
mengungkapkan, OJK sudah kompetensi dan dibuktikan dalam bisa dilakukan oleh perusahaan asuransi
mengeluarkan POJK terkait laporan keuangan,” tegasnya. syariah. Akan ada pengembangan
pengembangan Sumber Daya Manusia Selain itu, Ogi menegaskan regulator produk yang harus disesuaikan dengan
(SDM) di industri. OJK mewajibkan jasa keuangan juga sudah menerapkan kebutuhan industri dimana ada industri
setiap perusahaan asuransi termasuk peraturan di mana semua Lembaga Jasa halal, wakaf, sedekah, dan ini harus
syariah wajib menyediakan dana Keuangan (LJK) syariah yang ada di dikembangkan perusahaan asuransi
pengembangan SDM di angka 3,5 persen Indonesia wajib menutup pertanggungan syariah,” jelas Ogi.
dari total realisasi anggaran beban kepada perusahaan asuransi syariah. Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia
pegawai. Keberpihakan ini tentu menggembirakan (AASI) menyambut baik keberpihakan
Dengan langkah itu, diharapkan, dan harapannya bisa memberi stimulus OJK kepada industri asuransi syariah
tercipta SDM memadai dan mumpuni positif. Namun perusahaan asuransi yang salah satunya LJK syariah harus
untuk membawa industri asuransi syariah wajib menyiapkan diri mengenai menutup pertanggungan kepada
lebih cerah di kemudian hari. Tidak produk apa saja yang dibutuhkan oleh perusahaan asuransi syariah. Namun,
hanya itu, masih kata Ogi, OJK juga LJK syariah. AASI menekankan, karakteristik produk
www.stabilitas.id Edisi 214 / 2025 / Th.XX 47