Page 55 - Stabilitas Edisi 218 Tahun 2025
P. 55

enempatan dana Rp200 triliun
                  di lima bank-bank milik
                  negara mulai September lalu
          Pmenandai intervensi fiskal
          terbesar pemerintah tahun ini. Dana
          jumbo yang disalurkan ke Bank Mandiri,
          BRI, BNI, BTN, dan BSI diharapkan
          memperkuat likuiditas bank yang
          akhirnya memicu mereka meningkatkan
          kredit sektor produktif.                   DANA INI JANGAN
            Namun demikian, langkah itu               SAMPAI TERLALU
          tentu saja menyimpan risiko terkait
          keefektifannya. Tambahan likuiditas, di   LAMA MENGENDAP
          satu sisi memang akan melonggarkan             DI BANK-BANK
          likuiditas, tetapi bisa juga memunculkan   HIMBARA. HARUS
          efek samping yang tidak disangka.
            September lalu, Kementerian               CEPAT BERGULIR,
          Keuangan merealisasikan janjinya untuk        DIMANFAATKAN
          menarik uangnya di Bank Indonesia
          dan mentrasfernya ke bank-bank pelat          PELAKU USAHA
          merah. Adapun pembagiannya, BRI, BNI,   UNTUK MODAL KERJA,
          dan Mandiri masing-masing menerima
          Rp55 triliun, BTN Rp25 triliun, serta         EKSPANSI, ATAU           Sarman Simanjorang, Wakil
          BSI Rp10 triliun. Penempatan dana            INVESTASI BARU.           Ketua Umum Kadin Bidang
          dilakukan dalam bentuk deposito on                                     Pengembangan Otonomi Daerah
          call konvensional maupun syariah      KALAU RP200 TRILIUN
          dengan tenor enam bulan yang dapat           INI BERGERAK DI
          diperpanjang, tanpa mekanisme lelang.
          Tingkat imbal hasil ditetapkan sebesar   SEKTOR PRODUKTIF,
          80,476 persen dari BI 7-Day Reverse          OTOMATIS AKAN
          Repo Rate (BI7DRR), yang saat ini
          sebesar 4,75 persen.                MENGGERAKKAN RODA
            Menteri Keuangan Purbaya Yudhi                      EKONOMI.
          Sadewa mengatakan dana tersebut
          wajib digunakan untuk mendukung
          pertumbuhan sektor riil, bukan untuk
          membeli Surat Berharga Negara
          (SBN) maupun Sekuritas Rupiah Bank   Jadi yang punya uang tidak ragu untuk   pemerintah menyampaikan pandangan
          Indonesia (SRBI). Menurutnya, jika   belanja, yang mau pinjam ke bank tidak   yang umumnya positif. Bank-bank yang
          dana hanya ditempatkan pada instrumen   ragu untuk pinjam,” jelas Purbaya.  terhimpun dalam Himpunan Bank-bank
          keuangan, manfaatnya tidak akan terasa   Ditambahkannya,  pemerintah   Milik Negara (Himbara) menyampaikan
          bagi dunia usaha yang membutuhkan   akan memberikan arahan agar bank-  pandangan yang umumnya positif.
          tambahan likuiditas untuk mendorong   bank menyalurkan dana ke program-  Mereka menilai langkah ini dapat
          produksi, ekspansi, maupun perekrutan   program prioritas. Sebelum kebijakan ini,   memperkuat likuiditas perbankan dan
          tenaga kerja.                     beberapa bank mengaku hanya mampu   mendorong kredit ke sektor riil, terutama
            Meski begitu, ia tidak khawatir   menyerap sekitar Rp7 triliun. Namun,   untuk UMKM dan industri padat karya
          apabila bank belum mampu segera   alokasi tetap diberikan sesuai rencana   yang selama ini kesulitan mengakses
          menyalurkan tambahan likuiditas   awal untuk mendorong pertumbuhan   pembiayaan. Menurut beberapa bank,
          tersebut. “Paling tidak kalau mereka   ekonomi.                      tambahan dana ini memungkinkan
          belum bisa menyalurkan karena punya                                  mereka memberikan modal kerja,
          uang lebih, dia tidak akan perang bunga   Respons Perbankan          ekspansi usaha, serta pembiayaan
          lagi. Yang jelas cost of money turun.   Bank-bank penerima dana      investasi baru bagi pelaku usaha.


                                                                              www.stabilitas.id   Edisi 218 / 2025 / Th.XXI 55
   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60