Page 13 - Asas-asas Keagrariaan: Merunut Kembali Riwayat Kelembagaan Agraria, Dasar Keilmuan Agraria dan Asas Hubungan Keagrariaan di Indonesia
P. 13

penguasaan masyarakat adat itu, dengan salah satu yang dikaji adalah
            Peraturan Bersama empat menteri tertanggal 17 Oktober 2014 tentang
            Tata Cara Penyelesaian Penguasaan Tanah yang Berada dalam Kawasan
            Hutan.  Petunjuk pelaksanaan identifikasinya (IP4T) telah diterbitkan
            oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN RI. Lahirnya IP4T
            ini merupakan langkah maju pengakuan hak atas tanah masyarakat,
            sekaligus menjadi batu uji sejauh mana dapat dijalin kerjasama dan
            saling percaya antara pemerintah daerah, empat kementerian yang
            terkait, dengan masyarakat sebagai individu maupun yang tergabung
            di dalam organisasi tani dan masyarakat adat. Di sinilah pekerjaan
            rumah yang tersisa dari peluang pembentukan dan pelaksanaan IP4T.

                 Judul ketiga menyoroti soal postur ideal sumberdaya manusia di
            kantor pertanahan berdasarkan tipologinya.  Saat ini BPN RI memiliki
            tipe-tipe kantor pertanahan yang dikategorikan didasarkan pada
            anggaran, pelayanan, sumberdaya manusia dan/atau infrastruktur.
            Kategorisasi kantor pertanahan dapat dirumuskan berbasis kondisi
            lapangan (misalnya tingkat perkembangan wilayah, intensitas dan
            beban kerja dari penanganan konflik, karakter geografis, NJOP, dll),
            selain permohonan hak yang memberi nilai pada pendapatan negara.
            Akan tetapi dalam kesimpulan peneliti, ditemukan bahwa kebutuhan
            SDM di kantor pertanahan yang lebih tinggi tipenya tidak menjamin
            bahwa volume pekerjaannya lebih banyak, sehingga membutuhkan
            SDM yang lebih banyak pula. Oleh karena itu diusulkan bahwa
            Perlu ditinjau kembali penentuan tipologi kantor pertanahan dalam
            kaitannya dengan kebutuhan SDM.

                  Demikian berbagai hasil laporan ini kami sajikan. Berbagai
            laporan ini mengajak kita kembali menengok ke dasar dan jalur bermula
            (khittah), serta memeriksa kebutuhan kelembagaan, keilmuan,
            maupun alas hubungan keagrariaan yang benar-benar berangkat dari
            problem eksistensialnya, agar tidak terombang-ambing oleh tuntutan
            perubahan yang bersifat permukaan dan pragmatis belaka.  Semoga
            buku ini bermanfaat. Selamat membaca dan mengkritisi.

                                                         Ahmad Nashih Luthfi



            xii
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18