Page 12 - Asas-asas Keagrariaan: Merunut Kembali Riwayat Kelembagaan Agraria, Dasar Keilmuan Agraria dan Asas Hubungan Keagrariaan di Indonesia
P. 12

berjudul Ilmu Agraria Lintas Disiplin, dan Merancang Metode
             Penelitian Agraria.


             3.    Hubungan Keagrarian
                   Dalam kategori ini dihasilkan tiga penelitian berjudul Pemaknaan
             Hak Menguasai Negara; Pengakuan dan Perlindungan Hak atas Tanah
             Masyarakat Hukum Adat di Kawasan Hutan; dan Permasalahan Surat
             Ijin Memakai Tanah Negara sebagai ‘Alas Hak’ dalam Pendaftaran
             Tanah di Kota Tarakan. Ketiga penelitian ini merupakan menyoroti
             hubungan keagrarian antara negara dengan warganegara.

                   Judul pertama melihat kembali dasar hubungan tersebut dengan
             mengkaji bagaimana Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga negara
             menafsirkan prinsip hak menguasai negara yang tercermin dalam
             beberapa Undang-Undang dan sejauhmana berbagai regulasi itu selaras
             dari sisi konstitusionalitasnya. Hubungan diadik antara negara dengan
             warganegara, lemah kuatnya kedua posisi tersebut, salah satunya
             tercermin dalam hubungan keagrarian keduanya. Naik turun dan kuat-
             lemahnya hubungan keagrariaan itu berbeda-beda dari waktu ke waktu.
                   Judul kedua mengkaji pengakuan hak masyarakat hukum adat
             terhadap tanah dan wilayahnya.  Masyarakat hukum adat mempunyai
             tanah dalam bentuk hak milik pribadi, kolektif, maupun komunal.
             Saat ini hak terhadap ruang hidup tersebut termasuk di dalam wilayah
             definitif kawasan hutan, yang dalam pengertian lama dianggap sebagai
             hutan negara. Putusan Mahkamah Konstitusi atas perkara nomor

             35/PUU-X/2012 merupakan tonggak kebijakan pengakuan hutan
             adat yang mengoreksi pengertian lama tersebut, dan memperkuat
             hubungan asasi antara masyarakat hukum adat dengan tanah dan
             wilayahnya yang sebelumnya dinafikan.
                   Perubahan lebih lanjut adalah pada sistem administrasi
             pertanahan yang dituntut mengakomodir keragaman jenis hak di atas,
             serta mekanisme pengakuan hak masyarakat hukum adat maupun
             individu terhadap hutan adat dan hutan hak. Laporan penelitian
             ini mengkaji kebijakan pengakuan dan perlindungan hukum hak




                                                                               xi
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17