Page 222 - Asas-asas Keagrariaan: Merunut Kembali Riwayat Kelembagaan Agraria, Dasar Keilmuan Agraria dan Asas Hubungan Keagrariaan di Indonesia
P. 222

artinya semua tanah yang dimiliki oleh rakyat dengan nama apa saja
             tetapi tidak dengan hak eigendom adalah kepunyaan negeri.
                   Sistem agraria ini membawa pengaruh besar bagi pengelolaan
             agraria Indonesia termasuk adanya dualisme hukum agrarian. Yaitu
             untuk masyarakat terjajah dengan tanah dan sumberdaya alam
             diatur dengan hukum adat masing-masing, sedangkan golongan
             kulit putih yang berkuasa serta golongan timur asing diatur dengan
             perundangan barat.

                   Keberadaan AB dengan domeinverklaringnya memberikan
             kekuasaan yang luar biasa bagi Belanda untuk melakukan pengelolaan
             dan eksploitasi sumber-sumber agraria di Indonesia. Masuknya
             kolonialisme Belanda di bumi nusantara telah membawa implikasi
             khususnya dalam bidang agraria yang luar biasa besar. Intervensi
             negara asing tersebut telah meletakkan dasar yang kuat khususnya
             dalam pengelolaan agraria di Indonesia yang sampai saat ini terus
             diwarisi dan dikekalkan oleh kebijakan pemerintahan berikutnya.
             Sistem ini seakan kembali meneguhkan sektoralisme yang dibangun
             oleh masing-masing sistem dalam mengelola sumber daya agrarianya.


             3.    Masa Penjajahan Jepang
                   Pada masa penjajahan jepang, peraturan-peraturan pertanahan
             yang berlaku sebelum masa penjajahan Jepang masih tetap berlaku.
             Hal ini karena masa penjajahan yang begitu singkat sehingga belum
             sempat terpikirkan untuk mengadakan perombakan terhadap

             hukum pertanahan. Ketika Jepang masuk, fasisme Jepang kemudian
             memanfaatkan lebih mendorong gerakan pengolahan dan pemanfaatan
             sumber-sumber agraria yang dilakukan oleh kaum tani. Mereka juga
             mendorong kaum tani melakukan pembongkaran terhadap hutan
             untuk dijadikan lahan-lahan pertanian. Semua dilakukan untuk
             keperluan perang Asia Timur Raya. Penduduk jepang mengeluarkan
             suatu kebijakan yang dituangkan dalam Osamu Serey Nomor 2 tahun
             1944, dan Osamu Serey yang terakhir Nomor 4 dan 25 tahun 1944.






                        Permasalahan Sektoralisme Kelembagaan Agraria di Indonesia  191
   217   218   219   220   221   222   223   224   225   226   227