Page 232 - Asas-asas Keagrariaan: Merunut Kembali Riwayat Kelembagaan Agraria, Dasar Keilmuan Agraria dan Asas Hubungan Keagrariaan di Indonesia
P. 232

yang dimiliki oleh para pengusaha melalui HGB (Hak Guna Bangunan)
             dan HGU (Hak Guna Usaha) yang acapkali tidak dimanfaatkan secara
             baik. Sehingga kemudian muncul tanah-tanah terlantar. Kondisi lain
             juga bisa kita lihat pada pemilikan perseorangan atas tanah yang tidak
             kalah ironisnya. Mereka yang termasuk golongan ekonomi menengah
             ke atas, seringkali menguasai tanah skala luas yang terkadang hanya
             bermotif spekulatif. Penguasaan tanah ini seringkali melebihi batas
             luas maksimal kepemilikan tanah, dan banyak juga yang akhirnya
             bersifat absentee. Hal ini tentunya mengingatkan kita kembali tentang
             hakikat tanah yang bagi sebagian orang dianggap sebagai komoditas
             yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

                   Badan Pertanahan Nasional (BPN, 2010) mencatat, saat ini sekitar

             56 persen tanah hanya dikuasai 0,2 persen orang. Sementara itu, di
             sisi lain, ada sekitar 7,3 juta hektare tanah dikuasai pihak perusahaan

             swasta dan dibiarkan telantar. Sementara itu, hasil survei Badan Pusat
             Statistik (2003) menyebutkan, bahwa 85 persen petani di Indonesia
             adalah  petani gurem dan petani tak bertanah. Rata-rata petani gurem
             ini hanya memiliki lahan kurang dari 0,3 hektare. Ketimpangan dalam

             kepemilikan tanah ini telah melahirkan kesenjangan dan kemiskinan
             sosial di kalangan kaum tani.
                                          25
                   Ketimpangan penguasaan tanah menjadi sebuah sumber konflik
             agraria yang terjadi dari masa ke masa. Hal ini tentunya menjadi
             tugas negara untuk dapat mengurai benang kusut penguasaan tanah
             yang tidak pernah selesai. Banyak contoh yang bisa kita lihat dari
             permasalahan ini. Sebut saja salah kasus okupasi tanah yang banyak

             terjadi pada tanah perkebunan dengan HGU baik yang masih aktif,
             ditelantarkan, maupun dalam masa perpanjangan seperti yang
             terjadi di kawasan HGU PT. Asiatic Persada yang berlokasi Jambi.
                                                                               26
             Masyarakat yang memang membutuhkan tanah menduduki tanah-

                   25 Antaranews.com. Memaknai Protes Para Pakar Tanah ke Presiden. Diakses tanggal
             24 November 2014.
                   26 Bambang Suyudi, dkk. 2011. Laporan Hasil Penelitian Sistematis STPN Tahun 2011,
             “Janji yang Belum Tergenapi”: Tata Kelola dan Tata Kuasa Perkebunan Sawit dalam Kasus
             Pemberian Seribu Hektar Lahan Sawit kepada Suku Anak Dalam Bathin IX di Desa Bungku.
             Yogyakarta: PPPM-STPN.


                        Permasalahan Sektoralisme Kelembagaan Agraria di Indonesia  201
   227   228   229   230   231   232   233   234   235   236   237