Page 229 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 229

Hilmar Farid, dkk.
            tanahnya, kelompok perempuan, pejuang ekologi/lingkungan, dan sete-
            rusnya. Selain itu, artikulasi ini didalam konteks ditempatkannya ruang-
            agraria dalam berbagai kepentingan baru yang kapitalisik sekarang ini,
            bisa sangat tidak memadai. Ekspansi kapital, sebagaimana pada zaman
            sebelumnya, bersifat stateless, tidak berkewarganegaraan, lebih-lebih
            identitas lokal. Ia bisa berselancar di dalam kondisi dan konstruksi setem-
            pat.  Oleh karena itu perspektif identitas (kebudayaan) dengan perspektif
            kelas (ekonomi-politik) diperlukan di dalam membaca sejarah-geografi
            kepulauan Indonesia.


            Penutup

                Bagi kepentingan kapitalisme, kepulauan nusantara tidak dipan-
            dang sebagai ruang hidup dan alam dimana segenap makhluk natura
            dan makhluk humana berinteraksi di dalamnya; namun sebagai tempat
            berkecambah dan berkembang-biaknya spora kapital itu sendiri. Sejarah-
            geografi Indonesia harus dikembalikan pada satu kesinambungan yang
            terus berproses menuju Tanah Air Indonesia yang Berkedaulatan, sebagai
            rumah dengan segenap keragaman identitasnya.


            Rujukan

            Breman, Jan. 2014. Keuntungan Kolonial dari Kerja Paksa: Sistem Priangan
                   dari Tanam Paksa Kopi di Jawa, 1720-1870, Jakarta: Yayasan Pustaka
                   Obor Indonesia.
            Zoomers, Annelies. 2010. “Globalisation and the Foreignisation of Space:
                   Seven Processes Driving the Current Global Land Grab”. Journal
                   of Peasant Studies 37 (2).
















            220
   224   225   226   227   228   229   230