Page 228 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 228

Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
               analisa mengenai pertumbuhan kapitalisme lazim digunakan di dalam
               studi sejarah-geografi di Indonesia? Jawabannya bisa negatif, dan buku
               ini menawarkan analisa tersebut.



               Pengasingan Ruang dan Kuli Baru

                   Saat ini kita mengenal kosa kata baru: land grabbing. Suatu agenda
               besar lintas negara dengan berbagai bentuk program ketika didaratkan
               ke lokus-lokus kepulauan di suatu negara. Istilah ini menjelaskan tentang
               pengadaan tanah skala raksasa untuk berbagai kepentingan: pangan, non
               pangan (energi), perumahan, wisata, zona ekonomi khusus, kawasan lin-
               dung, transaksi tanah untuk obyek spekulasi. Ini mengarah pada apa
               yang disebut Zoomers (2010) sebagai “foreignisation of space”, peng-
               asingan ruang. Tanah-tanah diasingkan dari penduduknya (istilah
               hukum pengasingan tanah menemukan arti harfiahnya) untuk dialihkan
               kepada pemilik baru dan kepentingan baru zaman kiwari. Lahirnya PP
               Nomor 103 Tahun 2015 tentang Pemilikan Rumah atau Hunian oleh Orang
               Asing yang Berkedudukan di Indonesia adalah peristiwa kecil yang meng-
               genapi narasi besar ini. Sebab, dalam konteks pertumbuhan kapitalisme,
               pengasingan itu bisa dari kekuatan lokal, nasional, maupun global lintas
               negara. Dalam hal ini tidak ada yang baru sebenarnya, jika dibandingkan
               dengan era kolonial Hindia Belanda.
                   Menghadapi ancaman tersebut, masyarakat menolak menjadi “kuli
               baru” di negeri kelahirannya melalui berbagai cara, salah satunya
               me(re)identifikasi sebagai warga asli tempatan, indigienous peoples.
               Mereka ini menganggap bahwa tidak cukup idiom “kewarganegaraan”
               (citizenship) beserta segenap hak-haknya digunakan sebagai artikulasi
               perjuangan dalam melakukan tuntutan hak atas tanah dan ruang hidup-
               nya. Sebab negara (diasumsikan merupakan penegasan dari kepentingan
               kapital) selama ini hadir dalam bentuk kekuasaan yang menegasikan
               mereka dan bertindak penuh kekerasan.
                   Meski diperlukan, artikulasi identitas itu sebenarnya dilematis.
               Sebab, identitas itu akan berhadapan dengan identitas lain yang sama
               rentannya: kelompok tidak bertanah yang memperjuangkan hak atas

                                                                        219
   223   224   225   226   227   228   229   230