Page 223 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 223
Hilmar Farid, dkk.
badan hukum bisa (dan juga tidak bisa) menguasai, memiliki, meng-
gunakan, memanfaatkan, dan mendapat manfaat atas tanah dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya. Penulis telah mengajak pembaca
menelusuri isi politik agraria, kondisi-kondisi yang membentuknya,
cara-cara menjalankannya dan akibat-akibat khusus dari padanya.
Naskah ini telah berusaha menyingkap politik agraria yang benar-
benar memengaruhi hidup rakyat petani Priangan sepanjang hampir
tiga abad. Krisis agraria, termasuk ratusan kasus konflik agraria di dataran
tinggi di Priangan, sangat berhubungan dengan cara elite negara meng-
gunakan kekuasaannya dan sistem agraria kapitalisme di masa kolonial
dan pascakolonial bertumbuh dan berkembang. Pada konteks ini, penulis
mengingat karya tulis seorang peneliti perubahan agraria Indonesia yang
terkenal, Benjamin White sebagai berikut:
Sungguh penting bahwa para generasi muda intelektual, aktivis dan
pembuat kebijakan memahami sejarah (geografi) agrarianya sendiri,
yang seringkali menjadi sejarah (geografi) yang diselewengkan dalam
versi resmi pemerintah dan masyarakat umum. 113
Penulis berharap bahwa pemahaman tentang sejarah dan ingatan
mengenai pergulatan yang brutal antara rakyat petani, negara, dan ke-
kuatan kapitalisme selayaknya mendorong optimisme pikiran maupun
tindakan kita menghadapi krisis agraria yang semakin kronis. 114
113 Tulisan dalam kurung merupakan tambahan penulis. Tulisan aslinya berbunyi “It is
rather important that the younger generation of intellectuals, activist and policy-makers should
understand their own agrarian history, which has often become distorted in official and popular
discourse.” Ben White, “Agrarian Reform, Democratic Development and the Role of Intel-
lectuals”, makalah yang disajikan dalam diskusi panel “Realitas Reforma Agraria di Indonesia
dan Permasalahannya”, dalam rangka 70 tahun Gunawan Wiradi, Bogor 3 September 2002.
114 Kalimat ini diinspirasi dan disadur dari karya Nancy Peluso and Michael Watts
2001, yakni “… suatu pemahaman berbagai cara yang khas ketika sejarah, ingatan dan praktik
dari rakyat, negara-negara, dan kekuatan-kekuatan kapitalisme yang sering bergelut bersama
secara brutal, dapat memberi optimisme baik pada pikiran maupun kehendak kita …” Aslinya
dalam bahasa Inggris: “... a better understanding of the specific ways in which history,
memory, and the practices of people, states, and the forces of capitalism often come together
violently might provide for an optimism of both the intellect and the will…”, Nancy Peluso
and Michael Watts, “Violent Environtments” in Violent Environtments, Nancy Peluso
and Michael Watts (Eds), Ithaca: Cornel University Press), 2001, hal. 38.
214