Page 218 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 218
Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
contoh bagaimana terlibat dalam proses advokasi dan memetik buahnya.
Dengan sangat cerdik, SPP telah memobilisir massa petani sekitar 10.000
petani dari wilayah kabupaten Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis, mende-
monstrasi panitia ad hoc II Badan Pekerja MPR RI yang tengah menye-
lenggarakan semiloka nasional untuk merumuskan naskah rancangan
ketetapan MPR RI tentang pembaruan agraria pada tanggal 15 Septem-
ber 2001 lalu di suatu hotel terkenal di kota Bandung. Mereka dihadang
oleh barisan polisi di Cicalengka, suatu kota kecil kira-kira 30 km dari
kota Garut dan 30 km dari Bandung. Negosiasi berlangsung di dua lokasi:
di jalan Cicalengka antara pimpinan SPP dengan polisi; dan di Bandung
antara beberapa aktivis ornop yang menjadi peserta dan narasumber
Semiloka itu dengan pimpinan panitia ad hoc II Badan Pekerja MPR RI.
Pada gilirannya, sampailah pada keputusan bahwa pimpinan panitia ad
hoc II Badan Pekerja MPR RI mendatangi rombongan petani di Cica-
lengka, bukan rombongan petani itu yang meneruskan perjalanannya
ke hotel tempat semiloka nasional diselenggarakan. Pada tempat itu,
Rambe Kamaruzzaman, sebagai pimpinan panitia ad hoc II, menyatakan
berjanji akan mengundurkan diri apabila ketetapan MPR itu tidak jadi
keluar.
Keaktifan SPP mendorong pembuatan ketetapan MPR tidak berhenti
di sini. Saat Sidang Tahunan ke-3 MPR RI berlangsung, pada tanggal 7
November 2001, kembali rombongan SPP memobilisasi massa sejumlah
1000-an orang untuk berdemontrasi di Gedung MPR RI di Jakarta dan
kembali menyuarakan keharusan MPR memproduksi ketetapan MPR
106
tentang Pembaruan Agraria ini. Walhasil, SPP telah mengukuhkan
citranya di Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis, terutama di kalangan
anggotanya bahwa SPP ikut mendorong keluarnya TAP MPR No. IX/2001.
Keluarnya TAP MPR No. IX/2001 ini memiliki arti strategis bagi SPP.
Land reform telah menjadi kewajiban hukum dari pemerintah Republik
Indonesia. Di dalam pasal 5 dinyatakan “arah kebijakan pembaruan
agraria”, untuk:
106 lihat http://www.tempo.co.id/harian/fokus/76/2,1,15,id.html
209