Page 221 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 221

Hilmar Farid, dkk.
            2007 untuk tidak  mengubah  UUPA, dan pembaruan perundang-
            undangan dilakukan terhadap produk perundang-undangan di bawah
            UUPA. Sedangkan, BPN-RI berkonsentrasi untuk menjalankan dan
            mengembangkan mandat pelaksanaan reforma agraria dari Presiden RI
            dengan prinsip “tanah untuk keadilan dan kemakmuran”, termasuk men-
            coba PPAN (Program Pembaruan Agraria Nasional) yang didengungkan
            akan mengalokasikan tanah objek reforma agraria seluas 9,25 juta hektar
            (8,15 juta ha berasal dari hutan konversi dan 1,1 juta ha berasal dari tanah
            di bawah kewenangan langsung BPN). 109

                Pengumuman bahwa pemerintah hendak menjalankan PPAN itu
            dilakukan Kepala BPN bersama Menteri Kehutanan dan Menteri Perta-
                                                     110
            nian setelah mereka bertemu dengan Presiden RI . Sejumlah studi telah
            merekomendasikan keharusan agenda reforma agraria dan pengelolaan
                                                        111
            sumber daya alam di jurisdiksi kedua departemen ini . Meskipun demi-
            kian, di dua departemen itu, agenda reforma agraria belum menjadi agen-
            da utama. Dengan demikian, tidaklah mengherankan, kita sangat sulit
            menemukan integrasi program reforma agraria di kedua departemen
            itu. Bahkan di bawah kepemimpinan Presiden RI 2004–2009, Susilo
            Bambang Yudoyono, kita menyaksikan kebijakan dan program badan-
            badan pemerintah yang menurut Feder (1970) tergolong dalam counter-
                  112
            reform.  Misalnya, inisiatif-inisiatif dari Departemen Kehutanan, mulai

                109  Joyo Winoto “Reforma Agraria dan Keadilan Sosial”. Orasi Ilmiah di Institut
            Pertanian Bogor (IPB) 1 September 2007.
                110  “SBY Terima Mentan, Menhut dan Kepala BPN: Akan Dikembangkan, Program
            Reforma Agraria” http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2006/09/28/1077.htm
                111  Misalnya untuk sektor kehutanan lihat Arnoldo Contreras-Hermosilla dan Chip
            Fay, Strengthening Forest Management in Indonesia through Land Tenure Reform: Issues
            and Framework for Action. Washington D.C.: Forest Trends, 2005; dan Haryadi Karto-
            diharjo, Refleksi Kerangka Pikir Rimbawan, Menguak Masalah Institusi dan Politik Penge-
            lolaan Sumber Daya Hutan. Bogor: Himpunan Alumni Fakultas Kehutanan IPB, 2006;
            sedangkan untuk sektor pertanian lihat Henny Mayrowani, “Studi Prospek dan Kendala
            Penerapan Reforma Agraria di Sektor Kehutanan”, Pusat Penelitian dan Pengembangan
            Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen
            Pertanian, 2004.
                112  Ernest Feder, “Counterreform” dalam Agrarian Problems and Peasant Move-
            ments in Latin America. Rudolfo Stavenhagen (ed.). Doubleday Anchor, New York, 1970.
            212
   216   217   218   219   220   221   222   223   224   225   226