Page 115 - Reforma Agraria Tanah Ulayat
P. 115

Desa Senama Nenek 2016-2022, menyebut keputusan tersebut
          menandai babak  baru ikhtiar “perjuangan” Masyarakat Adat
          Senama Nenek melawan tindakan  land  grabbing  (perampasan
          lahan) yang dilakukan negara untuk diberikan kepada PTPN V.
             Apa yang kemudian disebut ARC sebagai “perjuangan” dari
          1995 itu terus berlanjut, bahkan ketika dirinya menjadi Kepala
          Desa untuk  kali  pertama  pada  tahun  1999  menggantikan
          Nasaruddin. Ia bersama para pimpinan adat mulai mengorganisasi
          gerakan untuk melakukan perlawanan terhadap klaim PTPN V.
          Pada mulanya tuntutan klaim hak atas tanah ulayat yang berada
          persis di kawasan ulayat Suku Pitopang–Koto Senama Nenek–itu
          adalah  seluas 3.600  hektar. Namun,  ketika  dilakukan  survei ke
          lapangan, luas 3.600 hektar tersebut tidak ditemukan.

             Upaya     menemukan      titik-titik  batas  ulayat   untuk
          membuktikan luas 3.600 hektar terhadang oleh  keberadaan
          tentara yang  menjadi ‘tameng’  perusahaan dan traktor-traktor
          yang menghancurkan perladangan masyarakat adat yang ada di
          atas lahan ulayat tersebut. Hal itulah yang menjadi sebab sulitnya
          untuk menemukan titik asli dari batas tanah ulayat Masyarakat
          Adat  Senama Nenek. Akhirnya,  ketika  dilakukan  pengukuran
          kembali dengan dihadiri oleh Damsir Ali yang ketika itu menjabat
          sebagai Ketua DPRD Kabupaten Kampar ditemukan batas-batas
                                  125
          dengan luas 2.800 hektar.  Lebih lanjut, peta lahan yang menjadi
          objek  konflik  antara  Masyarakat  Adat  dengan  PTPN  V  dapat
          dilihat pada gambar di bawah.






          125   Wawancara ARC, 5 Januari 2021.



         80   Reforma Agraria Tanah Ulayat
   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119   120