Page 119 - Reforma Agraria Tanah Ulayat
P. 119
Kuasa Eksklusi: Akses Tanah Ulayat Selama Periode
Perjuangan
Sejak PTPN V mengklaim hak akses dan kepemilikan atas
lahan Ulayat Kenegerian Senama Nenek–khususnya yang ada
dalam Ulayat Koto Senama Nenek (ulayat Suku Pitopang)–dan
mulai melakukan kegiatan pengelolaan, maka semenjak itu pula
masyarakat adat teralienasi dari ulayatnya tersebut. Semenjak
tahun 1995 dapat disebut konsep kuasa eksklusi berjalan
dengan baik di mana–pada satu sisi–akses diberikan bagi PTPN
V terhadap lahan yang menjadi objek konflik, sementara di sisi
yang lain masyarakat adat tereksklusi dari lahan tersebut. Kuasa
eksklusi ini, merujuk pada Derek Hall et.al, berkaitan dengan
kemampuan seseorang untuk mengakses sumber daya agraria, di
mana orang lain tidak dapat mengakses sumber daya yang sama.
Singkatnya, “eksklusi” merupakan lawan dari kata “akses”. Jika
akses membuka peluang seseorang untuk memanfaatkan sumber
agraria, maka sebaliknya eksklusi menutup peluang pemanfaatan
tersebut. 131
Hall et.al lebih lanjut menyatakan kuasa eksklusi dalam
praktiknya sering didukung oleh keberadaan; 1) pengaturan
(regulation), 2) paksaan (force), 3) pasar (the market), dan 4)
132
legitimasi (legitimation). Pengaturan (regulation) merujuk
secara khusus pada aturan-aturan formal dan informal–yang
mengatur akses dan pencegahan akses (eksklusi). Pertama,
pengaturan menentukan batas-batas suatu petak tanah dengan
petak tanah lainnya, seperti yang tampak pada gambar 7di mana
131 Derek Hall et.al., Powers of Exclusion: Land Dilemmas in Southeast Asia, University of
Hawai‘i Press, Honolulu, 2011, pp. 7-8.
132 Ibid., pp. 15-19.
84 Reforma Agraria Tanah Ulayat