Page 40 - Reforma Agraria Tanah Ulayat
P. 40

Sebagai contoh, penelitian Bantu Purba terhadap masyarakat
           adat Suku Sakai di  Provinsi  Riau menunjukkan bagaimana
           proses pencaplokan secara sepihak itu bermaujud dalam bentuk
           ‘pelimpahan hak’ atas tanah kepada perusahaan kelapa sawit dan
           pabrik pulp and paper yang dilakukan tanpa mengindahkan hak
           masyarakat adat Suku Sakai sebagai masyarakat adat tempatan.
           Masyarakat  adat  tidak  mengetahui  bagaimana  proses  legal-

           administrative masuknya perusahaan hingga mereka tidak lagi
           dapat  mengakses  areal  lahan  yang  biasanya menjadi tempat
           mereka mencari  kebutuhan  hidup.  Dalam pikiran komunal
           masyarakat adat, tanah  dan segala  sumber  daya yang ada di
           atas serta di dalamnya–yang digarap kemudian oleh perusahaan
           kepala sawit dan pulp and paper, merupakan bagian ulayat yang
           telah lama mereka huni dan kelola. 6

               Bagai jatuh  lalu  tertimpa tangga, setelah tanahnya diambil
           kemudian ‘dijual’  atau  diserahkan kepada orang lain yang
           membuat  sumber daya perekonomian rumah tangga mereka
           semakin rentan ke jurang krisis subsistensi dan krisis ekonomi
           lainnya. Hal tersebut menyebabkan mereka harus terjerumus ke
           dalam lingkaran konflik. Dalam kebanyakan kasus di Riau, inilah
                                             7
           yang menjadi sebab konflik agraria  terjadi. Salah satunya dialami
           oleh Masyarakat  Adat  Kenegerian Senama  Nenek, subjek  yang
           saya kaji di sepanjang penulisan buku ini.

           6    Bantu Purba, “Pengakuan dan Perlindungan Hak-Hak Konstitusional Masyarakat Hukum
              Adat Suku Sakai,” Disertasi pada Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Islam
              Indonesia, Yogyakarta, 2011, hlm. 12.
           7    Istilah‘sengketa  agraria’  dan  ‘konflik  agraria’  dalam  Peraturan  Presiden  Republik
              Indonesia Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria memiliki makna yang berbeda.
              Pasal  1  Angka  9  Peraturan  Presiden  tersebut  menjelaskan  bahwa  yang  dimaksud
              ‘sengketa agraria’ adalah perselisihan agraria antara orang perorangan, badan hukum,
              atau lembaga yang tidak berdampak luas. Sementara itu, yang dimaksud dengan istilah
              ‘konflik agraria’ sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Angka 10 adalah perselisihan agraria


                                                             Pendahuluan  5
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45