Page 43 - Reforma Agraria Tanah Ulayat
P. 43
(53 kasus), kehutanan (19 kasus), pesisir/kelautan (12 kasus),
12
dan pertambangan (29 kasus). Artinya, apa yang terjadi dengan
Masyarakat Adat Kenegerian Senama Nenek hanyalah potret kecil
dari keseluruhan konflik agraria penguasaan tanah di Indonesia,
khususnya tanah ulayat, yang menyebabkan warga setempat vis a
vis dengan perusahaan maupun negara.
Jika ditelisik lebih jauh akar persoalan yang menyebabkan
konflik berkepanjangan di Senama Nenek yang melibatkan
masyarakat adat tempatan, maka sesungguhnya dapat dilihat
konflik itu merupakan serangkaian proses kapitalisasi di Senama
Nenek. Kapitalisasi inilah yang menjadi inti persoalan konflik.
Suatu proses yang merombak struktur fundamental mengenai
akses terhadap lahan ulayat masyarakat adat, yang cenderung
bertentangan dengan ideologi yang diamini sejak lama oleh
masyarakat setempat. Bahkan, bukan hanya itu, kapitalisasi juga
telah mendorong bangunan ekonomi rumah tangga masyarakat
adat ke dalam lingkaran pasar yang mereka belum tentu siap
untuk menghadapinya.
Mungkin di antara kita masih ada yang bertanya, bagaimana
mungkin kapitalisasi terjadi di tengah-tengah kehidupan
tradisional masyarakat adat? Bukankah kapitalisme–otak
kapitalisasi–hidup di tengah jantung perkotaan? Ellen Meiksins
Wood telah memberi jawaban untuk pertanyaan semacam ini.
Menurut Wood kapitalisme sesungguhnya tidak dilahirkan
dari rahim perkotaan. Melainkan ia justru timbul dari proses
transformasi agraria di tempat yang jauh dari hiruk-pikuk
12 Konsorsium Pembaruan Agraria, Catatan Akhir Tahun 2018: Masa Depan Reforma
Agraria Melampaui Tahun Politik, KPA, [tanpa tempat], 2019, hlm. 19-20.
8 Reforma Agraria Tanah Ulayat