Page 65 - Reforma Agraria Tanah Ulayat
P. 65
Ter Haar mengatakan, “Voor een inzicht in de struktuur der
rechtsgemeenschappen in de volkssfeer van den archipel moet men
in de eerste plaats de betekenis kennen welke de territoriale faktor
en de betekenis welke de genealogische faktor voor haar ontstaan en
bestaan heeft.” Lebih kurang maksudnya ialah untuk mengetahui
eksistensi suatu struktur masyarakat adat di nusantara (baca
juga: Indonesia), maka mesti diinsafi keberadaan faktor territorial
(wilayah) dan faktor genealogis (keturunan). Dalam keyakinan
Haar, masyarakat adat senantiasa terikat oleh keberadaan dua
faktor tersebut. Faktor wilayah menunjukkan bahwa seseorang
terikat dengan orang lain dalam suatu komunitas masyarakat
dikarenakan adanya hubungan kewilayahan. Sementara faktor
keturunan (genealogis) mengindikasikan bahwa orang-orang
diikat oleh hubungan silsilah kekerabatan yang sama. 47
Bagi saya, indikator yang diterangkan Haar cukup membantu
untuk melihat eksistensi suatu komunitas masyarakat adat
tertentu. Tapi, indikator tersebut belum sepenuhnya dapat
menjelaskan keberadaan masyarakat adat di masa sekarang ini.
Misalnya saja, faktor wilayah masih dapat diperdebatkan karena
dalam perkembangannya seseorang tetap merasa menjadi
bagian masyarakat adat tertentu meski dia tidak berada dalam
satu wilayah yang sama. Sementara, bagaimana pandangan
kolektif mereka–masyarakat adat–terhadap faktor wilayah dan
faktor keturunan juga perlu menjadi variabel dalam menentukan
eksistensinya sebagai masyarakat adat.
Selain indikator wilayah yang sudah tidak lagi dapat dijadikan
sebagai indikator utama, Haar juga masih meninggalkan satu slot
47 B Ter Haar Bzn., Beginselen en Stelsel van Het Adatrecht, J.B. Wolters, Groningen, Jakarta,
1950, hlm.16-17.
30 Reforma Agraria Tanah Ulayat