Page 8 - Reforma Agraria Tanah Ulayat
P. 8
KATA PENGANTAR
Dr. Bambang Hudayana, M.A.
(Kepala Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan Universitas Gadjah Mada)
asib masyarakat adat Senama Nenek di Kampar, Provinsi
NRiau sama seperti masyarakat adat di berbagai wilayah
di Indonesia. Mereka menghadapi proses negaraisasi dan
meluasnya kontrol korporasi terhadap sumber daya tanah yang
secara turun temurun (tradisional) dikuasainya. Kontrol tersebut
membuat mereka kehilangan akses dan kuasa atas sumber daya
tanah yang berdampak pada merosotnya penghidupan yang
berkelanjutan dan sekaligus kebudayaannya. Hal ini karena
tanah bagi masyarakat adat bukan hanya sebagai tempat hidup,
tetapi juga penghidupan dan kehidupan. Ketika tidak ada tanah
yang memadai, maka mereka tidak bisa memelihara organisasi
menafkahi keluarga, memelihara relasi kekerabatan, dan bahkan
menerapkan nilai, jagat pandang, pengikat kebersamaan dan peta
jalan dan strategi bagi mereka untuk mencapai kebahagiaan dan
kesejahteraan bersama.
Negaraisasi tidak harus identik dengan meluasnya akuisisi
negara terhadap sumber daya tanah milik masyarakat adat. Namun
demikian, seperti dalam praktik negara kolonial hingga negara di
Kata Pengantar vii