Page 80 - Reforma Agraria Tanah Ulayat
P. 80

Sebagaimana  tergambar  pada  gambar  4, hanya terdapat
           lima suku atau klan di Senama Nenek. Dari lima suku itu, maka
           juga terdapat lima kepala suku yang terdiri  dari  suku; domo
           (Datuk Simajelo), piliang (Datuk Temanggung), pitopang (Datuk
           Laksamana), mandailing (Datuk Paduka Raja), dan melayu (Datuk
           Paduka Tuan). Lima klan inilah yang disebut sebagai Masyarakat
           Adat Senama Nenek. Masing-masing klan dipimpin oleh seorang
           Pucuk/Kepala Suku atau penghulu yang biasa dipanggil sebagai
           ninik  mamak.  Keberadaan  lima  klan  ini  sudah  final,  tidak  lagi
           dimungkinkan adanya penambahan.     65

               Penghulu atau ninik mamak yang sekaligus menjadi kepala
           suku, khususnya di Senama Nenek, ialah seorang laki-laki dewasa
           yang  bertindak sebagai wakil  yang mengurus kepentingan
           keluarga. Istilah ninik mamak memiliki makna saudara laki-laki
               66
           ibu.  Sehingga  seorang  Penghulu  atau  Kepala  Suku  di Senama
           Nenek hanya dapat ditunjuk dari seorang laki-laki yang berasal
           dari  perut Ibu  klan  tersebut, atau  dalam  prinsip  adat disebut
           “botuong tumbuoh di mato, ayigh tatunggang kaceghek” (betung
           tumbuh  di mata,  air tertuang  ke cerek).  Hal  ini sesuai  dengan
           konstruksi adat  yang  berlaku dalam  wilayah Kedatuan  Andiko
           Nan 44 yang bercorak matrilineal. Jadi, keturunan suatu klan atau
           suku diperhitungkan menurut garis  keibuan. Artinya, seorang
           termasuk pada keluarga ibunya bukan keluarga ayahnya.

           65   Wawancara  MA,  13  Januari  2021.  Beberapa  daerah  atau  negeri  lain  di  luar  Senama
              Nenek, terkadang juga terdapat Pucuk Suku atau ninik mamak yang tidak menjadi bagian
              dari penghulu atau sebaliknya. Dalam beberapa masyarakat, seorang penghulu dipilih,
              meskipun  bukan  dari  suku-suku  tertentu.  Sedang  pada  masyarakat  lainnya  penghulu
              menjadi hak yang hanya dimiliki oleh sebuah keluarga saja dalam sebuah suku tertentu.
              Kalau keluarga ini habis, hak baru dapat dipindah kepada keluarga lain. Lihat Umar Junus,
              “Kebudayaan  Minangkabau,”  dalam  Koentjaraningrat,  Manusia  dan  Kebudayaan  di
              Indonesia, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1983, hlm. 248.
           66   Ibid.


                                               Masyarakat Adat Senama Nenek  45
   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85