Page 87 - Himpunan Policy Brief: Permasalahan dan Kebijakan Agraria Pertanahan dan Tata ruang di Indonesia
P. 87

TANAH ADAT SEBAGAI OBYEK PENGADAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN
                                           UNTUK KEPENTINGAN UMUM

                                       Julius Sembiring (alm.) dan Rakhmat Riyadi



             Ringkasan Eksekutif
             Pengadaan  Tanah  Untuk  Kepentingan  Umum  (PTKU)  menuntut  proses  tersedianya  tanah
             secara  cepat.  Secara  umum,  kendala  dalam  PTKU  adalah  kesepakatan  menentukan  besaran
             ganti  rugi.  Secara  khusus,  kendala  lain  adalah  proses  penyelesaian  administrasi  dalam  hal

             obyek pengadaan tanah merupakan tanah adat. Hasil penelitian di Kota Solok menunjukkan
             ruwetnya  riwayat  obyek  pengadaan  tanah  akibat  administrasi  pertanahan  yang  kurang  baik.
             Hal tersebut berpotensi menimbulkan sengketa di kemudian hari. Selain itu, proses pembuatan
             alas  hak  atas  tanah  adat  memerlukan  penataan  agar  tertib  administrasi  dan  tertib  hukum
             pertanahan di Sumatera Barat  dapat  tercapai.    Otoritas  Pertanahan  di Sumatera Barat  harus
             lebih berfikir aktif dan berperan aktif untuk mencapai tujuan dimaksud.


             Latar Belakang
                   Untuk menjamin terselenggaranya pembangunan untuk kepentingan umum, diperlukan
             ketersediaan  tanah  dan  dana  yang  ketersediaannya  dijamin  oleh  Pemerintah  dan/atau
             Pemerintah  Daerah.  Tanah  yang  tersedia  tersebut  statusnya  dapat  bermacam-macam,  yaitu

             tanah hak, tanah wakaf, tanah adat, atau tanah negara yang dikuasai dengan itikad baik.
                   Salah satu PTKU yang dilakukan di Provinsi Sumatera Barat adalah pembangunan Jalan
             Lingkar Utara Kota Solok (JLUKS) yang sampai saat ini proses pelaksanaannya belum selesai.
             Terdapat beberapa kendala dalam pengadaan tanah JLUKS tersebut yang dimulai sejak tahun
             1997.  Kendala  tersebut  antara  lain  faktor  pendanaan,  status  tanah,    dan  administrasi
             pertanahan.


             Tanah Ulayat Sebagai Obyek Pengadaan Tanah
                   UUPA  tidak  memberikan  pengertian  dari  Tanah  Ulayat,  namun  hanya  memberikan
             padanan  dari  Hak  Ulayat  atau  hak-hak  yang  serupa  dengan  itu  yaitu  beschikkingsrecht.
             Terlepas  dari  perdebatan  tentang  pengertian  dan  eksistensi  hak  ulayat,  Peraturan  Daerah

             Sumatera  Barat  No.  6  Tahun  2008  tentang  Tanah  Ulayat  dan  Pemanfaatannya;  memberikan
             pengertian tanah ulayat sebagai bidang tanah pusaka beserta sumber daya alam yang ada di
             atasnya dan di dalamnya yang diperoleh secara turun temurun dan merupakan hak masyarakat
             hukum  adat  di  Provinsi  Sumatera  Barat.  Hukum  Adat  Minangkabau  membagi  tanah  ulayat
             atas: tanah ulayat Rajo, tanah ulayat Nagari,  tanah ulayat suku dan tanah ulayat kaum. Dalam
             kenyataannya saat ini, tanah ulayat yang masih banyak ditemukan adalah tanah ulayat kaum.
   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92