Page 29 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 29
“Indonesia di masa datang mau menjadi negeri yang makmur, supaya
rakyatnya dapat serta pada kebudayaan dunia dan ikut serta mempertinggi
peradaban. Untuk mencapai kemakmuran rakyat di masa datang, politik
perekonomian mestilah disusun di atas dasar yang ternyata sekarang, yaitu
Indonesia sebagai negeri agraria. Oleh karena tanah faktor produksi yang
terutama, maka hendaklah peraturan milik tanah memperkuat kedudukan
tanah sebagai sumber kemakmuran bagi rakyat umumnya.”
( M. Hatta, 1943)
“Orang dan tempat tidak dapat dipisahkan! Tidak dapat dipisahkan rakyat
dari bumi yang ada dibawah kakinya.... Apakkah tempat itu? Tempat itu
yaitu tanah-air. Tanah-air adalah satu kesatuan.”
( Soekarno, 1945)
“Dalam negara Indonesia baru, dengan sendirinya menurut keadaan
sekarang, perusahaan-perusahaan sebagai lalu-lintas, electriciteit,
perusahaan alas rimba harus diurus oleh negara sendiri. Begitupun tentang
hal tanah. Pada hakekatnya negara yang menguasai tanah seluruhnya.
Tambang-tambang yang penting untuk negara akan diurus oleh negara
sendiri. Melihat sifat masyarakat Indonesia sebagai masyarakat pertanian,
maka dengan sendirinya tanah pertanian menjadi lapangan hidup dari
kaum tani dan negara harus menjaga supaya tanah pertanian itu tetap
dipegang oleh kaum tani.”
( Soepomo, 1945)
2 Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang