Page 34 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 34

gilirannya, menuntut semua proses yang akan diatur, harus digambarkan
             dalam istilah-istilah teknis. Baru setelah itu rencana pembangunan yang
             pas dapat dirumuskan. Sebagaimana inisiatif pendefinisian, penetapan
             dan metode penataan serta pemanfaatan suatu wilayah yang telah
             berlangsung di Jawa-Madura sejak era kolonial melalui azas domein
             verklaring, meskipun baru disebagian besar pulau-pulau luar usai Perang
             Dunia II ( Peluso, 2001; 2006). Hingga selanjutnya diteruskan oleh Negara
             Indonesia Modern.
                 Rezim penguasaan tersebut terkait dengan adanya kekuasaan
             atas teritori tertentu sebagai indikasi sebuah negara, namun konsepsi
             mengenai teritori tersebut harus dilihat sebagai sesuatu yang  taken for
             granted. Sebagaimana sebuah peta yang memang sudah ada tanpa perlu
             diperbantahkan lagi. Padahal bagi warganegara, teritorial tersebut tidak
             saja menyangkut areal jelajah, tapi juga menyangkut relasi kuasa yang
             menentukan akses sumber daya dalam teritori tersebut. Dengan kata
             lain, peta yang ditetapkan oleh negara bukan soal gambar dan garis areal
             tertentu yang diberi nama saja, tapi juga menyangkut siapa yang memiliki
             kuasa untuk menentukan, siapa boleh mengakses sumber daya yang ada
             di areal tertentu. Dalam pengertian inilah peta suatu teritori tertentu
             memiliki unsur politik kekuasaan atas sumber daya alam di dalamnya.
                 Teritorialisasi diartikan sebagai proses yang dilakukan negara dengan
             membuat garis batas pada suatu wilayah geografis tertentu dengan
             mengeluarkan kategori individual terhadap wilayah ini yang kemudian
             secara spesifik menetapkan dan membuat aturan mengenai aktivitas
             tertentu yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam areal ini. Bentuk
             yang paling banyak dikenal dalam persoalan teritorial ini adalah tarikan
             garis pembagian wilayah dalam peta. Garis yang tergambar dalam peta
             tersebut merupakan konsep yang abstrak ( Vandergeest and  Peluso, 1995).
             Garis pada peta ini kemudian membagi negara modern ke dalam teritori
             yang kompleks dan tumpang-tindih antara zona ekonomi dan politik.
             Orang dan sumber daya kemudian dirancang ulang ke dalam pembagian
             ini dan melalui regulasi diatur dan ditetapkan bagaimana dan oleh siapa
             wilayah teritori ini dimanfaatkan. Proses ini mengandalkan pembuatan



             Tanah Sebagai Sumber Kemakmuran                              7
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39