Page 99 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 99

area pertanian/perkebunan kelapa, serta memiliki potensi perikanan
            yang melimpah. Secara bertahap, akhirnya para migran Bugis tersebut
            berhasil membangun peradaban pertama di kawasan Delta Mahakam
            yang kemudian mereka namakan Pemangkaran. Gelombang migrasi
            tersebut, terjadi hampir bersamaan dengan berkuasanya pemerintahan
            kolonial  Belanda secara total atas seluruh wilayah Sulawesi Selatan pada
            1906, yang memicu terjadinya migrasi orang Bugis secara besar-besaran
            ke seluruh Nusantara.
                Sebagai daerah pertanian lahan kering, dulunya kawasan pesisir ini
            masih banyak dijumpai sumber-sumber air payau yang dapat digunakan
            untuk pengairan lahan pertanian bahkan dikonsumsi oleh komunitas
            setempat. Para migran Bugis pioner tersebut, mencoba mencari
            peruntungan dan bertahan hidup dengan cara berdagang, menjadi
            nelayan dan berkebun kelapa. Sebagian besar diantaranya membuka
            sebagian kecil hutan mangrove di pulau-pulau di sekitar Delta Mahakam
            yang relatif “terlindung” dan masih terjangkau dengan menggunakan
            perahu/kapal kecil, menjadi area pertanian palawija/perkebunan kelapa.
            Diduga, sebagian diantaranya ada pula yang berprofesi ganda, terlibat
            dalam kegiatan perompakan dan penyelundup, dengan memanfaatkan
            kawasan Delta Mahakam yang terlindung sebagai tempat penyergapan,
            sekaligus persembunyian strategis. Menurut catatan yang berhasil
            dihimpun, setidaknya hingga menjelang 1970-an aktivitas perompakan
            dan penyelundupan di kawasan ini masih sering terjadi.
                Kegiatan seperti itu menurut   Acciaioli (1989) tampaknya sangat
            cocok dengan watak migran Bugis yang menggunakan kekuatan untuk
            membuka tanah yang secara khusus dilakukan untuk mendapatkan
            status yang lebih tinggi di wilayah lain. Sehingga tidak mengherankan
            bila saat itu banyak kaum ningrat Bugis yang membawa serta para
            pengikutnya, pergi dari tanah kelahirannya akibat keterbatasan lahan
            dan sumberdaya dengan mencari kemungkinan hidup yang lebih baik

            di daerah baru. Lanjut  Acciaioli, sejak abad-16 orang-orang Bugis telah
            memiliki jiwa kewirausahaan yang kuat serta keberanian untuk berperang
            di luar daerah. Bahkan jauh sebelum pemerintahan kolonial  Belanda,



           72                     Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104