Page 169 - Persoalan Agraria Kontemporer: Teknologi, Pemetaan, Penilaian Tanah, dan Konflik
P. 169
DAMPAK KONVERSI PENGGUNAAN TANAH DAN KEPADATAN
PENDUDUK TERHADAP KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN
BADUNG DAN KABUPATEN GIANYAR PROVINSI BALI
Rochmat Martanto
Yendi Sufyandi
Sri Kistiyah
A. Pendahuluan
Lahan (tanah) merupakan salah satu sumberdaya alam yang mempunyai
peranan strategis dalam pembangunan terutama untuk pemenuhan
kebutuhan pangan (Oktalina et al, 2016). Namun banyak lahan pertanian
dikonvesi menjadi non-pertanian di antaranya disebabkan oleh
peningkatan perkembangan permukiman seperti di daerah dekat dengan
pusat kota, kawasan pendidikan, dan pada daerah strategis (Dewi, 2013).
Banyaknya konversi penggunaan tanah pertanian (sawah) ke
non-pertanian (non-sawah) baik di perkotaan maupun di pedesaan juga
diakibat oleh pertambahan penduduk, peningkatan kesejahteraan,
perkembangan ekonomi, dan menurunnya jumlah petani (Hidayat, 2008).
Konversi tanah pertanian di negara berkembang lebih tinggi
dibandingkan dengan negara maju. Tinjauan literatur telah menunjukkan
bahwa beberapa penyebab dari konversi tanah pertanian di antaranya
pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, pembangunan
perumahan, pembangunan infrastruktur, aktivitas yang bersifat spekulatif
(jual-beli) tanah pertanian (Govindaprasad dan Manikandan, 2014).
Provinsi Bali dengan luas 563.666 Ha mengalami konversi tanah sebesar
9.679 Ha selama 5 tahun, atau 0,34%/th, dan yang paling banyak
mengalami konversi di antaranya Kota Denpasar dan Kabupaten Badung
(As-Syakur, 2011). Di Florida USA konversi didominasi dari tanah pertanian
dan padang rumput yang terdapat di daerah pedesaan akibat pertumbuhan
penduduk (Ndez, et al, 2012). Konversi penggunaan tanah pertanian ke
non-pertanian di Provinsi Qazvin, Barat Laut Iran dengan menggunanakan
data penginderaan jauh tahun 1990-2010 didapatkan data konversi sebesar
3.03% selama 20 tahun atau 0,15%/th, dimana konversi di daerah perkotaan
untuk kepentingan infrastuktur, sedangkaan di daerah pedesaan
dikonversi menjadi daerah industri garam. Konversi tanah pertanian ke
160