Page 170 - Persoalan Agraria Kontemporer: Teknologi, Pemetaan, Penilaian Tanah, dan Konflik
P. 170

non-pertanian   telah   menyebabkan   beberapa   tantangan   dalam
                pembangunan pertanian dan kehidupan manusia (Baratiet al, 2015). Pada
                umumnya akibat pembangunan, tanah yang tersedia di daerah perkotaan
                maupun pedesaan semakin terbatas. Hal ini menimbulkan permasalahan
                tanah  perkotaan  dan  pedesaan  di  antaranya  peningkatan  terjadinya
                konversi  penggunaan  tanah  dari  pertanian  ke  non-pertanian  yang  tak
                terkendali akibat adanya konflik berbagai kepentingan (Sari et al, 2010).
                      Tanah sebagai salah satu sumber daya alam merupakan kebutuhan
                pokok bagi manusia untuk beraktifitas. Hal ini berkaitan dengan kegiatan
                manusia untuk pembangunan (perkembangan wilayah) bersamaan dengan
                pertumbuhan  penduduk,  urbanisasi,  dan  tekanan  industrialisasi  yang
                berakibat  semakin  terbatasnya  tanah  untuk  kegiatan  atau  proses
                pembangunan  di  suatu  daerah.  Dampak  selanjutnya  akan  menimbulkan
                tantangan  yang  serius  bagi  para  pakar  pertanahan  khususnya  berkaitan
                dengan ketahanan pangan untuk keseimbangan dalam penggunaan tanah
                (Govindaprasad and Manikandan, 2014).
                      Tanah  di  samping  untuk  pembangunan  digunakan  juga  sebagai
                media  penghasil  makanan  pakok  (beras)  bagi  sebagian  besar  daerah  di
                Indonesia,  sehingga  perlu  adanya  tanah  pertanian  (sawah)  untuk
                ketahanan pangan di suatu daerah. Tanah menjadi salah satu sumber daya
                alam dasar yang selalu menjadi subyek perdebatan mengenai penggunaan
                yang efektif (Bardha and Tewari, 2010).
                      Di Indonesia ketahanan pangan tahun 2015 defisit 90 juta ton beras.
                Untuk mengatasi defisit beras upaya yang dilakukan di antaranya adalah
                program adaptasi tanaman pertanian, perluasan areal tanan, peningkatan
                produktivitas,  dan  penekanan  konsumsi  bahan  pangan  (Syaukat,  2011).
                Tanah  pertanian  di  Kabupaten  Bandung  dalam  kurun  waktu  7  tahun
                (1992-1999), telah menyusut sebesar 15.280 hektar atau 7.89%. Penurunan
                luas lahan pertanian tersebut diikuti oleh penurunan produksi padi sebesar
                194.196 ton atau 24% (Ruswandi et al, 2007). Di Jawa Timur perkembangan
                luas tanah pertanian (sawah) yang cenderung terus mengalami penurunan
                sejalan dengan perkembangan penduduk dan kegiatan sosial ekonominya,
                karena tanah sawah akan banyak yang berubah menjadi rumah dan gedung
                (Hidayat,  2008).  Alih  fungsi  tanah  pertanian  terjadi  di  Kecamatan
                Gunungpati (pinggiran Kota Semarang) terjadi karena kegiatan penduduk
                diantaranya  sebagai  kawasan  pendidikan  dan  pada  area  strategis  yaitu


                                              161
   165   166   167   168   169   170   171   172   173   174   175