Page 168 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 168
Paku Alam dan Berbagai Peranannya
mencoba memecah kejumudan itu dengan mengizinkan
wilayah kekuasaannya diselenggarakan pemilihan umum
untuk membangun sistem pemerintahan yang demokratis.
Pemikiran dua raja Yogyakarta itu sedikit banyak menyiratkan
ingin dilihat sebagai raja yang modern dengan mengapli-
kasikan ide-ide Barat sebagaimana ia dididik, tetapi sekaligus
juga ingin menyelamatkan keraton agar tetap berwibawa
dengan tidak mengizinkan kursinya disentuh pihak lain.
Artinya pendistribusian kekuasaan dengan cara pemilu diang-
gap demokratis sekaligus memberikan kesan bahwa rakyat
akan mudah memahami bahwa kekuasaan raja tetap mutlak
di tangannya sekaligus sebagai pemimpin kepala daerah. Inilah
kecerdikan HB IX dan PA VIII dalam memainkan kartu politik
santun sekaligus politik pencitraan yang kuat tanpa kehilangan
sedikitpun pamor dan kekuasaannya.
Pembacaan lebih luas atas pengalaman Yogyakarta da-
lam membangun sistem pemerintahan secara demokratis
menjadi tolok ukur untuk melihat Yogyakarta dan demokra-
tisasi. Benar bahwa PA VIII dan HB IX telah melakukan banyak
hal untuk membangun sistem pemerintahannya yang demok-
ratis, dan benar pula bahwa Sultan HB IX telah memelopori
dan memberikan contoh bagi Indonesia bagaimana berde-
mokrasi secara bijak dan arif. Benar pula kemudian Yogyakarta
disebut istimewa karena beberapa alasan di atas. Namun dua
raja ini sebenarnya tidak pernah membiarkan kursi kekuasaan
pemerintahan daerah disentuh oleh pihak manapun. Artinya,
sekalipun ide pemilu pada tahun 1951-1957 adalah upaya ter-
baik dalam membentuk sistem pemerintahan, namun dengan
menggenggam kursi kekuasaan Dewan Pemerintahan Daerah
Yogyakarta di tangannya dengan ‘alasan undang-undang keis-
145