Page 163 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 163

Keistimewan Yogyakarta
            5 Tahun 1957 yang kemudian disetujui oleh DPR menjadi UU
            No. 14 Tahun 195.
                Pada tangal 1 September 1965, sebulan sebelum terjadi
            peristiwa 1965, pemerintah mengeluarkan UU No. 18 tahun
            1965 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam UU ini Yogyakarta
            dijadikan sebuah provinsi (sebelumnya adalah Daerah Isti-
            mewa Setingkat Provinsi). Dalam UU ini pula seluruh “swa-
            praja” yang masih ada baik secara de facto maupun de jure
            yang menjadi bagian dari daerah lain yang lebih besar diha-
            puskan. Dengan demikian Yogyakarta menjadi satu-satunya
            daerah bekas swapraja yang diakui oleh pusat. UU ini sebe-
            narnya mengisyaratkan penghapusan status istimewa baik
            bagi Aceh maupun Yogyakarta, namun realitasnya, status
            keistimewan Yogyakarta semakin lama bukan semakin jelas,
            justru semakin kabur akibat ketidaktegasan pemerintah pusat
            dalam menangani persoalan tersebut. Tampaknya pemerintah
            baru pasca Peristiwa 1965 sengaja mendiamkan karena sifat
            pakewuh dengan HB IX, dan terbukti Soeharto berniat untuk
            menyelesaikan status keitimewaan DIY sampai pada periode
            HB IX. Akan tetapi lagi-lagi, masalah itu tidak menjadi lebih
            jelas setelah HB IX wafat, bahkan menjadi warisan masalah
            hingga kini.
                Munculnya UU No. 5, 1974 tentang pemerintahan daerah
            menempatkan Provinsi Yogyakarta sama dengan provinsi
            lain, akan tetapi status kepala daerah juga tanah masih menjadi
            masalah. UU Pokok Agraria sempat menjadi wacana di Yog-
            yakarta, bahkan HB IX menyutujui, namun lagi-lagi hal itu
            tidak bisa berjalan sesuai aturan di atas kertas. Begitu juga
            munculnya aturan kepala daerah harus dipilih oleh DPRD
            semakin mengkaburkan posisi Kepala Daerah Yogyakarta,


            140
   158   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168