Page 32 - Tanah dan Ruang untuk Keadilan dan Kemakmuran Rakyat
P. 32

KORUPSI DAN KETIMPANGAN AGRARIA


                               Muchammad Chanif Hamdani

                       Ketimpangan  agraria  di  Indonesia  dapat  dikatakan
                 masih  menjadi  persoalan  klasik  yang  nampaknya  semakin
                 kompleks  dan  kronis.  Persoalan  ketimpangan  agraria  pada
                 muaranya akan berdampak pada lahirnya kesenjangan sosial-
                 ekonomi,  pengurangan  terhadap  akses  dan  pemenuhan  hak-
                 hak dasar serta pemiskinan dan kerentanan baik secara sosial,
                 ekonomi maupun politik. Telah disadari pula oleh para pen-
                 studi  agraria  juga  dirasakan  oleh  masyarakat  awam  bahwa
                 persoalan  ketimpangan  struktur  agraria  adalah  satu  dari
                 sekian  persoalan  keagarariaan  kita  yang  urgent  untuk
                 diselesaikan.  Dalam  hal  ini,  umumnya  penstudi  agraria  me-
                 mahami bahwa jawaban logis dari berbagai masalah struktur
                 sosial  agraria  adalah  melalui  perombakan  atau  pembaruan
                 agraria  (Setiawan  2001).  Pembaruan  agraria  atau  Reforma
                 Agraria- yang dalam cakupan sempit disebut landreform- pada
                 intinya  merupakan  usaha  untuk  memperbaiki  ketimpangan
                 dan melakukan pemerataan aset dan akses atas sumber daya
                 agraria.  Namun,  perlu  disadari  pula  pada  dasarnya  reforma
                 agraria  lebih  sebuah  bentuk  kemauan  politik  (Ladejinsky
                 dalam Setiawan 2001) yang tidak bisa lepas dengan beragam
                 variabel  teknis  dan  sosial.  Pengalaman  atas  praktik
                 landreform di  Indonesia  dan  berbagai  negara  menunjukkan
                 bahwa  sebetulnya  kebijakan  ini  sangat  dipengaruhi  oleh
                 sistem  ekonomi-politik,  paradigma  pembangunan  serta
                 “kemurahan-hati”  atau  watak  penguasa  dalam  tiap  masa
                 (Rachman 2012; Setiawan 2001).


                                                                       1
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37