Page 79 - Tanah dan Ruang untuk Keadilan dan Kemakmuran Rakyat
P. 79

didasari  oleh  dualisme  pengaturan  tanah  di  Indonesia  pada
               zaman kolonial.
                     Faktor  lainnya  adalah  sulitnya  bagi  MHA  untuk
               mendapat  pengakuan  atas  keberadaannya  sebagai  suatu
               entitas. Dengan tidak diakuinya suatu MHA, maka MHA tidak
               dapat  menerima  pengakuan  atas  tanah  ulayatnya  (Arizona
               2016). Bahkan permasalahan masih tetap muncul meski MHA
               telah diakui, yakni proses perolehan tanah dan nilai pengganti
               (replacement value)  kompensasi  yang  diberikan  dalam  hal
               pemanfaatan  tanah  oleh  pihak  lain.  Kompensasi  tersebut
               seringkali  tidak  sesuai  dengan  nilai  tanah  bagi  MHA.  Salah
               satu  kasus  konkret  adalah  Merauke  Integrated  Food  and
               Energy Estate (MIFEE), yang mana kompensasi terhadap pem-
               anfaatan  tanah  ulayat  oleh  pihak  ketiga  tidak  sesuai  dengan
               nilai pengganti bagi MHA (Sumardjono 2018).
                     Konflik tanah ini kemudian menimbulkan permasalah-
               an multi-dimensional. Tidak hanya memberikan suatu limitasi
               terhadap  akses  terhadap  sumber  daya  kepada  MHA,
               pengaturan  tanah  yang  tidak  bijak  juga  dapat  menyebabkan
               permasalahan  pada  administrasi  kependudukan  maupun
               aksesibilitas terhadap hak-hak dasar MHA dan keadilan. Lebih
               fundamental  lagi,  konflik  tanah  yang  terjadi  juga  dapat
               menghilangkan  nilai  religius  dan  identitas  dari  MHA  itu
               sendiri (Sumardjono 2018).

               Indigenous Land Management
                     Berdasarkan  pemaparan  terkait  status  quo  dari
               pelaksanaan  perlindungan  hak  ulayat,  dapat  disimpulkan
               bahwa  akar  permasalahan  ini  adalah  lemahnya  pemahaman
               lembaga  pemerintah  dan  pembuat  kebijakan  terhadap


                48
   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84