Page 26 - Biografi Managam Manurung
P. 26

Managam Manurung: Sestama BPN RI ...  11

              gam meyakinkan para pimpinan, kalau ditandatangani Presiden,
              maka BPN tinggal sosialisasi. Para pimpinan setuju dengan ide-
              cerdik  Pak  Managam, lalu  Pak  Toto  Sumiyoto  (Sestama) paraf,
              Pak Lutfi I Nasution (Kepala BPN) dan Mendagri tanda tangan,
              seterusnya dikirim ke Sekretariat Negara. Lalu, BPN dipanggil,
              yang datang Pak Laksamana. Pak Edy Sudibio, S.H. (Kepala Biro
              Perundang-undangan Sekretariat Kabinet) dengan nada curiga
              bertanya: “BPN mau menunda otonomi? Siapa yang mengonsep
              ini?” Pak Laksamana tidak tahu. Lalu Pak Lutfi menugaskan Pak
              Managam ke Setneg.
                  Setneg kembali bertanya: “ini apa maksudnya?” Pak Mana-
              gam dengan lemah-lembut menjawab: “Ini unifikasi hukum saja
              Pak. Maksud, agar Pemda-pemda jangan menerbitkan peraturan-
              peraturan  hukum  dulu”.  Setneg merespon: “kalau  begitu, tidak
              apa-apa”. Pak Managam tertawa dalam hati…siasat hukum yang
              ditawarkannya untuk sementara menyelamatkan eksistensi BPN
              disetujui oleh setneg. Sekretaris Negara pada waktu Pak Marsillam
              Simanjuntak menelepon Pak Lutfi: “Eh Pak Lutfi, ini ada konsep
              Keppres tentang otonomi bidang pertanahan, ini hanya satu
              pasal, cukup ini?” Pak Lutfi yang sudah di-coach oleh Pak Mana-
              gam menjawab: “cukup itu Pak”. Lalu, konsep naik ke Gus Dur
              (Presiden) dan Gus Dur menandatangani Draf Keppres itu. Itulah
              yang akhirnya  kita  kenal sebagai Keppres  No. 10 Tahun  2001.
              Setneg menelepon Pak Managam, untuk mengambil Keppres
              tersebut. Pak Managam dengan gembira membawa Keppres itu.
              Semua Kanwil dan Kantah sudah berkumpul di aula Prona BPN.
              Di ruangan itu, masih  banyak suara  minor. Mungkin  ada  juga
              yang senang kalau urusan pertanahan diotonomikan, karena para
              Kepala Kantor berharap menjadi Eselon II. Pak Managam diam
              saja, lalu sosialisasi.
   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31