Page 145 - Keadilan Agraria dan Penataan Ruang Sebagai Basis Integrasi Bangsa
P. 145

berlaku,  karena  nilai  ganti  kerugian  jauh  di  bawah
                ketentuan layak dan adil.


             Kesimpulan
                   Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa ketika
             surat hak milik hanya mendapat legalitas dari Kepala Desa
             atau  Camat,  maka  akan  berpotensi  terjadi  sengketa  tum-
             pang  tindih  surat  hak  milik.  Masyarakat  pedesaan
             umumnya masih tunduk pada hukum adat, tidak terbiasa
             menggunakan  bukti  tertulis  yang  sah  dan  sesuai  dengan
             perundang-undangan  sebagai  alat  pembuktian  hak  atas
             tanahnya. Umumnya mereka hanya mampu membuktikan
             hak  atas  tanahnya  dengan  bukti  nyata  bahwa  ia  men-

             duduki dan menguasai secara fisik tanahnya tersebut atau
             hanya memiliki Surat Keterangan Tanah yang dikeluarkan
             oleh Kepala Desa.
                   Peran  dari  pemerintah  desa  diperlukan  untuk
             mensosialisasikan  terkait  dengan  pendaftaran  tanah  oleh
             ma-syarakat  serta  menimbulkan  kesadaran  masyarakat
             peme-gang  hak  atas  tanah  untuk  mendaftarkan  tanah
             melalui PPAT. Sikap enggan untuk melakukan pendaftaran
             hak milik atas tanah berdampak terhadap potensi tumpang
             tindih  Surat  Hak  Atas  Tanah  dalam  masyarakat.  Melihat
             fenomena yang terjadi di Kecamatan Tenggarong Seberang
             terkait dengan tumpang tindih kepemilikan tanah, terjadi
             ketidakadilan  oleh  salah  satu  pihak  maka  hal  tersebut

             bertentangan dengan UU yang berlaku.
                  Strategi  penguatan  kepemilikan  tanah  merupakan

                                       122
   140   141   142   143   144   145   146   147   148   149   150