Page 103 - Tanah untuk Rakyat Laki-laki dan Perempuan Indonesia
P. 103

bahwa  dinamika kultural  dan  stuktural memiliki  jalan kerja  yang
            simultan. Hanya saja, dalam kasus alih fungsi lahan, dinamika kultural
            akan lebih menunjukkan bagaimana  pergolakan kepentingan  antar
            aktor  dalam  sebuah kontestasi  secara  tak kasat mata. Hal  ini  akan
            berkaitan  dengan  proses bagaimana kontestasi ikut mempengaruhi
            proses-proses dalam ruang mental dan ruang sosial dalam masyarakat.
            Ruang mental (termanifestasi  dalam bentuk logika  dan  pola  pikir
            masyarakat dalam  merespon  perubahan) dan  ruang  sosial  (terkait
            dengan  interaksi  sosial  dalam  masyarakat)  dalam  sebuah dinamika
            kontetasi  antar  aktor  akan mendapati berbagai implikasi  yang bisa
            berupa nilai  positif maupun negatif. Hanya  saja,  dalam  dinamika
            kontestasi yang asimetris, dinamika  kultural  pastinya dikuasai aktor
            dominan  dengan menghilangkan kesadaran kritis  petani  atas hak
            tanahnya.
                   Lebih  dari  itu, dalam  dinamika  kultural  akan  kembali
            menegaskan  bahwa  petani  sebagai  pihak minor  akan  terus  menjadi
            aktor  paling  terdampak dalam dinamika  kontestasi  yang  memiliki
            persaingan aktor yang tidak setara (unfair). Dalam dinamika kultural
            diketemukan berbagai diskursus yang menjadi kunci atas tereksklusinya
            aktor  minor  (baca:petani)  melalui dominasi aktor dominan atas
            kultur yang berlaku. Hal ini dapat dijelaskan melalui teknologi kuasa
            modern  yang  bekerja  secara  anonim  dan  melakukan  disiplinisasi
            atas keteraturan masyarakat. Proses  disiplinisasi ini  terkait  dengan
            bagaimana kuasa mereproduksi  makna kebenaran  pada masyarakat
            untuk dapat menciptakan masyarakat yang produktif dan tertundukkan
            (Foucault 1980). Dalam fokus alih fungsi lahan ini, berbagai media dan
            propaganda  menjadi  bagian penting yang digunakan aktor dominan
            dalam mempengaruhi basis  pengetahuan  aktor minor (petani)
            terhadap lahan dan pembangunan. Petani selalu dikonstruksi sebagai
            aktor yang harus mengalah atas dinamika pembangunan. Hal inilah
            yang menegaskan bagaimana kecenderungan terulang dimana pihak
            yang terekslusi -korban- atas kuasa yang berlaku adalah selalu petani.



                                         83
   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108