Page 129 - Penataan dan Pengelolaan Pertanahan yang Mensejahterakan Masyarakat (Hasil Penelitian Strategis PPPM STPN 2014)
P. 129
PPPM - STPN Yogyakarta Penataan dan Pengelolaan Pertanahan yang Mensejahterakan Masyarakat
4. Hutan Negara 13.942 7,65 merupakan wilayah yang rentan rawan pangan. Kondisi ini timbul
5. Hutan Rakyat 9.278 5,09 karena menurunnya hasil panen, sehingga untuk mengatasinya
6. Lain – Lain 22.735 12,48
T o t a l 182.236 100,00 Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Wonogiri memberi bantuan
berupa 100 ton beras. Dalam jangka pendek bantuan ini dapat
Sumber: Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri, 2013.
dinilai baik, namun dalam jangka panjang bantuan semacam ini
Dominasi penggunaan tanah yang dikelola dan digarap oleh justru akan merusak. Penilaian negatif ini muncul, karena persoalan
petani, yang terdiri dari tegalan, sawah, dan hutan rakyat menunjuk- utamanya terletak pada menurunnya hasil panen, sehingga seharus-
kan pentingnya profesi petani di Kabupaten Wonogiri. Para petani nya yang dilakukan adalah meningkatkan hasil panen, dan meng-
telah mengelola 107.360 Ha atau 58,91% dari luas wilayah atasi berbagai hambatan yang menghalangi peningkatan hasil
Kabupaten Wonogiri sehingga dapatlah dimaknai, bahwa petani panen. Penurunan hasil panen merupakan salah satu bukti ter-
merupakan profesi yang penting di Kabupaten Wonogiri. Oleh jadinya marjinalisasi petani, yang pada akhirnya membutuhkan
karena itu, demarjinalisasi (untuk melawan marjinalisasi) petani demarjinalisasi petani.
merupakan salah satu proses penting yang diupayakan oleh Kantor Petani seringkali tidak berdaya dalam mengelola usahanya,
Pertanahan Kabupaten Wonogiri melalui kegiatan pem berdayaan terutama bila berkaitan dengan kesejahteraan. Padahal dalam
masyarakat. konteks pangan hal ini perlu mendapat perhatian, karena ke-
Pentingnya profesi petani juga terlihat, ketika diketahui bahwa sejahtera an petani tanaman pangan yang relatif rendah dan terus
Kabupaten Wonogiri memiliki produktivitas, sebagai berikut: menurun akan dapat memberi tekanan yang berat terhadap upaya
Pertama, produktivitas sawah, yang terdiri dari: (1) sawah ber- membangun ketahanan pangan. Sementara itu, kesejahteraan
irigasi sebesar 6 ton gabah kering per Ha, dan (2) sawah tadah hujan seakan-akan menjauh dari para petani, sebab: Pertama, petani
sebesar 4 ton gabah kering per Ha. Oleh karena itu, kabupaten ini yang pada umumnya miskin tidak memiliki instrumen produktif
memiliki surplus gabah kering sebesar 40.425 ton per tahun, dan selain tenaga yang dimilikinya, atau sering dikenali dengan istilah
surplus jagung sebesar 215.335 ton per tahun. Kedua, produktivitas they are poor because they are poor. Kedua, luas tanah yang
sayuran, yang terdiri dari: (1) bawang daun sebesar 348 ton per dikuasai dan dimiliki petani relatif sempit dan terus menerus
tahun, dan (2) bayam 792 ton per tahun. Ketiga, produktivitas atas mendapat tekanan (tawaran) konversi penggunaan tanah. Ketiga,
hasil perkebunan, yang terdiri dari: (1) cengkeh sebesar 1.945 ton adanya keterbatasan akses para petani terhadap dukungan layanan
per tahun, (2) tebu 3.250 ton per tahun, (3) kakao sebesar 368 ton pembiayaan, yang akan digunakan membiayai usaha tani yang
per tahun, dan (4) kopi sebesar 25 ton per tahun. dikelolanya. Keempat, terbatasnya akses para petani terhadap
Selain itu, demarjinalisasi petani juga relevan dengan berita informasi dan teknologi pertanian, yang sesungguhnya akan dapat
yang dimuat Solopos.com (www.solopos.com) pada 4 Desember membantu para petani dalam mengelola usaha taninya. Kelima,
2012 dalam artikel berjudul “5 Kecamatan di Wonogiri Jadi Wilayah tidak memadainya infrastruktur yang dibutuhkan para petani,
Rentan Rawan Pangan”. Artikel ini mengungkapkan, bahwa terutama yang berkaitan dengan air dan pengairan (irigasi).
Kecamatan Manyaran, Kecamatan Paranggupito, Kecamatan Keenam, struktur pasar yang tidak adil dan eksploitatif, yang
Giritontro, Kecamatan Pracimantoro, dan Kecamatan Kismantoro dapat dilihat pada adanya kesulitan dan ketidakadilan yang dialami
128 129