Page 151 - Perlindungan Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat
P. 151

milik perseorangan (eigendom privat) merupakan hukum alam (natuurrecht).
            Secara alami eksistensi manusia senantiasa disertai dengan hak-hak yang
            secara alami mendekat padanya, termasuk hak untuk memiliki. Bagi Gaius
            Milik perseorangan adalah alami, dan karena itu bersifat asasi. Walaupun ada
            pembatasan berupa penggunaan hak milik yang merugikan orang lain maka
            Thomas Aquino (1225-1274) salah satu penganut aliran hukum alam dari
            aliran skolastis pada pertengahan (400-1500) di Eropa barat, melihat milik
            perseorangan sebagai hak yang tidak bertentangan dengan hukum alam :

            a.   setiap orang lebih suka memperoleh sesuatu hal yang akan menjadi
                miliknya sendiri, dari pada sesuatu hal yang menjadi milik bersama
                atau milik orang banyak. Sebab setiap orang menghindarkan
                pekerjaan yang itu menjadi tugas orang banyak seperti apabila
                banyak pelayan.
            b.  Sesuatu hal yang akan diperlakukan lebih teratur, apabila pemeliharaan
                daripada sesuatu hal itu diserahkan pada masing-masing orang itu
                sendiri, sebab apabila semua orang diserahi pemeliharaan semua hal
                tanpa diadakan perbedaan akan timbul kekacauan.

            c.   Di antara orang-orang akan ada perdamaian yang disebabkan karena
                setiap itu puas dengan apa yang menjadi miliknya. Itu sebabnya mengapa
                dapat dilihat bahwa diantara mereka yang memiliki suatu hal bersama-
                sama lebih sering timbul pertentangan-pertentangan. 162
                Hubungan yang terjalin, lahir melalui tindakan manusia atas tanah
            yang berkehendak menjalin pertalian dengan tanah baik secara perseorangan
            (individu), keluarga maupun kelompok. Hubungan dilahirkan karena adanya
            suasana batin yaitu rasa cocok atau tidak cocok. Sedangkan hak dilahirkan
            berdasarkan kenyataan penguasaan yaitu tetap atau sementaranya penguasaan
            oleh orang atau kelompok tertentu atas tanah yang diakuinya. Karena itu
            hubungan yang bersifat tetap dan langgeng atau abadi sedangkan hak bersifat
            semu karena dapat berubah-ubah.
                                         163



                162   Iman Soetiknjo, Undang-Undang Pokok Agrari, Sekelumit Sejarah, Departemen
            Dalam Negeri. Direktorat Jenderal Agraria, Jakarta, 1985, hal. 11
                163   Herman Soesangobeng, Op Cit, hal 16

                                           134
   146   147   148   149   150   151   152   153   154   155   156