Page 153 - Perlindungan Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat
P. 153

bertambah lemah begitu pun sebaliknya. Karena itu, bilamana ketiga syarat
            tersebut diabaikan, maka hubungan hak perorangan atas tanah menjadi
            menguncup dan melemah atau lenyap, tetapi sebaliknya hubungan kekuasaan
            ulayat pun menjadi berkembang dan terpulihkan tanpa halangan apupun. 165

                Atas dasar hubungan kewenangan dan kekuasaan ulayat maka
            dikembangkan hak-hak perorangan maupun masyarakat atas tanah. Hak dan
            kewenangan masyarakat atas tanah. Hak dan kewenangan masyarakat atas
            tanah dapat dipilahkan menjadi 3 (tiga) yaitu:
            (a)  Untuk mengatur dan menetapkan peruntukkan serta penggunaan tanah

            (b)  Untuk mengendalikan penyimpangan atas peruntukkan dan penggunaan
                tanah
            (c)  Untuk memberikan tanah yang ditelantarkan kepada warga masyarakat
                lainnya yang diakui berhak

                Sedangkan hak-hak perorangan yang dapat lahir ada 4 (empat) yaitu:
            (a)  Hak untuk mengambil hasil hutan serta pengairan dalam lingkungan ulayat
            (b)  Hak untuk menanam dan memiliki bangunan atas tanah ulayat

            (c)  Hak untuk membuka tanah dan hutan
            (d)  Hak untuk mengalihkan hak atas tanah serta bangunan dan tanaman
                diatasnya

                Adapun kedudukan hak perorangan adalah merupakan hak yang
            diciptakan berdasarkan kekuasaan masyarakat (ulayat). Hak ini tidak
            bersifat  abadi  dan  selalu  diikat  oleh  kekuasaan  masyarakat.  Ikatan  mana
            bisa menjadi kuat atau melemah bergantung pada lamanya penguasaan dan
            intensitas pengolahan atas tanahnya. Lamanya waktu penguasaan itu biasanya
            dibuktikan dengan adanya kewenangan meneruskan hak penguasaan berupa
                                                           166
            mewariskan tanah kepada generasi penerus. Ter Haar  memberikan istilah
            hukum atas hubungan tersebut yang disebutnya erfelijk individueele bezitsrecht
            (hak  penguasan perorangan  yang  diwariskan)  dan  diterjemahkan  oleh  S.
            Poesponoto menjadi “hak milik perorangan turun temurun” sehingga dapat


                165   Ter Haar, Op Cit hal.51
                166   Ibid, hal 55

                                           136
   148   149   150   151   152   153   154   155   156   157   158