Page 226 - Perlindungan Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat
P. 226

tertangani secara efektif. Konflik terbuka yang berakar dan sangat nyata,
                sehingga memerlukan berbagai tindakan untuk mengatasi akar penyebab
                dan berbagai efeknya, serta konflik di permukaan yang memiliki
                karakteristik akar/sebab yang dangkal/tidak berakar dan muncul hanya
                karena kesalahpahaman mengenai sasaran, yang dapat diatasi dengan
                meningkatkan komunikasi.

                     Pemetaan situasi konflik sebagaimana diuraikan di atas telah
                ditegaskan bahwa konflik Pertanahan yang terjadi di wilayah penelitian
                merupakan konflik terbuka yang perlu diselesaikan dengan manajemen
                konflik yang tepat. Manajemen Konflik dapat dilakukan melalui:
                pencegahan konflik, penyelesaian konflik, resolusi konflik. Respon
                terhadap berbagai konflik perlu melihat eskalasi kekerasan dimana
                pencegahan untuk menyelesaikan konflik yang bersifat laten, penyelesaian
                untuk konflik di permukaan dan konflik terbuka, pengelolaan dilakukan
                pada situasi konflik bersifat laten dan konflik di permukaan, sedangkan
                resolusi konflik dilakukan pada konflik yang bersifat terbuka.
                     Manajemen konflik yang dapat dilakukan pada situasi konflik
                terbuka adalah dengan pendekatan penyelesaian konflik dan resolusi
                konflik, sedangkan pada situasi konflik di permukaan dapat dikelola/
                diselesaikan dengan pendekatan pengelolaan konflik. Konflik pertanahan
                mempunyai karateristik yang berbeda, karena keragaman kepentingan/
                interes para pihak, sehingga penyelesaian sengketa yang terjadi merujuk
                pada 2 (dua) mekanisme penyelesaian yakni litigasi dan non-litigasi
                untuk mendapatkan keadilan.

                     Mekanisme penyelesaian konflik pertanahan juga menjadi pilihan
                para pihak yang bersengketa di wilayah penelitian, di mana jalur litigasi
                menjadi pilihan perusahaan dalam menyelesaikan sengketa terkait
                dengan ganti rugi dan hak adat serta persoalan lainnya yang muncul
                sebagai dampak penguasaan tanah oleh perusahaan.
                     Konflik antara masyarakat Suku Pagu Kao dengan perusahaan
                diselesaikan melalui jalur litigasi sampai dengan tingkat kasasi di
                Mahkamah Agung. Pilihan mekanisme penyelesaian ini didasarkan
                pada pertimbangan, bahwa Suku Pagu Kao yang mengklaim memiliki


                                           209
   221   222   223   224   225   226   227   228   229   230   231