Page 231 - Perlindungan Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat
P. 231

di permukaan, namun dengan terbukanya akses bagi pelaksanaan
                perundingan sebagaimana yang telah dilakukan, yakni negosiasi dan
                mediasi, akan menjadi jalan yang cukup efektif.

                     Pada konflik tanah yang berakar pada tidak dihormatinya hak
                ulayat masyarakat hukum adat, penanganan harus dilakukan secara lebih
                komprehensif  tidak  hanya  penyelesaian  konflik,  akan  tetapi  Resolusi
                Konflik dengan merumuskan strategi untuk menangani sebab-sebab
                konflik tersebut melalui rekonseptualisasi hubungan antara negara,
                sektor swasta/perusahaan dan masyarakat hukum adat. Agung Basuki
                Prasetyo menerangkan bahwa tidak terakomodirnya kriteria eksistensi
                hak ulayat dalam UUPA (tidak diatur secara tegas) dapat mengakibatkan
                terjadinya konflik terbuka antara masyarakat hukum adat dengan pihak
                pemilik modal, baik swasta maupun badan hukum publik (pemerintah),
                serta antara masyarakat hukum adat yang satu dengan masyarakat
                hukum adat lainnya.  Pengakuan terhadap hak-hak masyarakat adat,
                                   211
                secara konstitusional harus dihormati, namun dalam implementasinya
                menurut Rosmidah  bahwa dalam UUPA masih adanya pembatasan
                                 212
                pengakuan hukum berupa persyaratan-persyaratan, kebijakan-kebijakan
                di masing-masing instansi pemerintah daerah belum sinergis, sehingga
                menciptakan sektoralisasi dan belum adanya kejelasan lembaga yang paling
                berkompeten mengurusi keberadaan dan hak-hak masyarakat hukum
                adat, serta belum terciptanya model pengaturan yang komprehensif
                dalam pengakuan hukum terhadap keberadaan masyarakat hukum adat,
                baik substansi maupun kerangka implementasinya.
                     Upaya untuk mencegah berulangnya konflik atas bidang tanah
                yang sama dilakukan dengan menjamin proses penyelesaian secara
                tuntas dimana pada penyelesaian melalui jalur litigasi yang memakan
                waktu lama akan terjamin kepastian hukum, namun pada jalur non-


                211   Agung Basuki Prasetya, “Pengakuan Hak Ulayat Masyara-kat Hukum Adat (antara
            Regulasi dan Implementasi)”, Jurnal Masalah-Masalah Hukum, Vol. 36 No. 2, April-Juni
            2007, Semarang: FH Undip hlm.153.
                212   Rosmidah, “Pengakuan Hukum Terhadap Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat
            dan Hambatan Implementasinya”, Inovatif: Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 2 No. 4, Tahun 2010,
            Jambi: Program Magister Ilmu Hukum Unja, hlm. 97.


                                           214
   226   227   228   229   230   231   232   233   234   235   236