Page 235 - Perlindungan Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat
P. 235

demikian, pendekatan multiyears sebaiknya diterapkan berdasarkan tipologi
            KAT yang dikembangkan. Dengan demikian, tidak sama sasaran diberdayakan
            jangka waktu relatif lama, tetapi ditentukan oleh pola pemberdayaannya.
            Forum ini merekomendasikam, perlunya strategi spesifik untuk mempercepat
            penyelesaian  KAT  terutama  merespon  terhadap  polemik  yang  kerap
            terjadi memahami pemberdayaan KAT dengan bertumpu kepada HAM,
            demokratisasi, dan desentralisasi.

                Pendekatan multiyears (pendekatan yang tidak boleh terputus harus tetap
            berkelanjutan dan tidak selesai dalam satu tahun) dalam pemberdayaan KAT
            perlu dipertimbangkan kembali sebagai proses perubahan yang berkelanjutan
            bagi KAT. Namun demikian, pedekatan  multiyears sebaiknya diterapkan
            berdasarkan tipologi KAT yang dikembangkan. Dengan demikian, tidak semua
            sasaran diberdayakan berdasarkan jangka waktu relatif lama, tetapi ditentukan
            oleh pola pemberdayaannya. Forum ini merekomendasikan, perlunya strategi
            spesifik untuk mempercepat penyelesaian KAT terutama merespon terhadap
            polemik yang kerap terjadi dalam memahami pemberdayaan KAT dengan
            bertumpu kepada HAM, Demokratisasi, Desentralisasi.
                Disisi lain pendekatan pemberdayaan haruslah bertumpu pada tiga
            unsur utama yaitu pengakuan eksistensi KAT, melindungi warga KAT, dan
            pemberdayaan. Oleh sebab itu, direkomendasikan untuk memfomulasikan
            pola perlindungan warga KAT berdasarkan prespektif kultural sekaligus
            diterjemahkan dalam satuan program. Dengan demikian penataan pemukiman
            KAT sebagai refleksi pemberdayaan perlu dimaknai sebagai “home” bukan
            “house” dengan tidak merusak kearifan lokal dan budaya lokalnya (termasuk
            Tanah Adat) dapat dimaknai “home” bukan “house” bahwa “home” merupakan
            bangunan yang ditinggali atau dihuni sebagai rumah yang terdiri dari ruang-
            ruang (rumah sebenarnya) sedangkan “house” merupakan tempat kita merasa
            nyaman walaupun itu bukan merupakan rumah kita. Kesimpulannya diatas
            adalah bagian dari mufakat hasil pertemuan Forum Pakar Pemberdayaan KAT
            yang dilaksanakan di Jakarta, 31 Maret 2009. Pertemuan ini yang dibuka
            secara resmi oleh Dirjen Pemberdayaan Sosial. Rusli Wahid dihadiri oleh para
            pakar dari praktisi dan akademisi.





                                           218
   230   231   232   233   234   235   236   237   238   239   240