Page 26 - Pengakuan dan Perlindungan Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat di Kawasan Hutan
P. 26

rakyat”. Dalam pengertian kekuasaan tertinggi tersebut, tercakup pula
             pengertian kepemilikan publik oleh rakyat secara kolektif. 22
                   Namun, meskipun Mahkamah Konstitusi menafsirkan bahwa hak
             menguasai negara lahir dari konsepsi hukum publik, seperti yang terdapat
             di dalam bagian menimbang pada putusan uji materi undang-undang
             ketenagalistrikan, Mahkamah Konstitusi tidak memberi penolakan bahwa
             hubungan negara dengan sumberdaya alam juga merupakan mengandung
             hubungan keperdataan. Pengakuan Mahkamah Konstitusi atas adanya
             unsur perdata dalam hak menguasai negara terlihat di dalam pertimbangan
             yang ada dalam putusan sebagai berikut:

             -     Menimbang bahwa jika pengertian kata “dikuasai oleh negara” hanya
                   diartikan sebagai pemilikan dalam arti perdata (privat), maka hal
                   dimaksud tidak akan mencukupi dalam menggunakan penguasaan
                   itu untuk mencapai tujuan “sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”;
             -     Namun demikian, konsepsi kepemilikan perdata itu sendiri harus
                   diakui sebagai salah satu konsekuensi logis penguasaan oleh negara
                   yang mencakup juga pengertian kepemilikan publik oleh kolektivitas
                   rakyat atas sumber-sumber kekayaan dimaksud;
             -     Oleh karena itu, baik pandangan yang mengartikan perkataan
                   penguasaan oleh negara identik dengan pemilikan dalam konsepsi
                   perdata maupun pandangan yang menafsirkan pengertian
                   penguasaan oleh negara itu hanya sebatas kewenangan pengaturan
                   oleh negara, kedua-duanya ditolak oleh Mahkamah. 23


             c.    Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat
                   Masyarakat hukum adat diatur dalam pasal 3 UUPA, yaitu ”dengan
             mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 dan 2 pelaksanaan hak
             ulayat dan hak-hak pelaksanaan serupa itu masyarakat-masyarakat hukum
             adat, sepanjang kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa sehingga
             sesuai dengan kepentingan nasional dan negara, yang berdasarkan atas
             persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan undang-undang
             dan peraturan yang lebih tinggi”. 24



                   22 PUU Ketenagalistrikan, hlm 333
                   23 Ibid
                   24 Pasal 3 Undang-undang Pokok Agraria


                                                             Tinjauan Pustaka  19
   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31