Page 40 - Konsolidasi Tanah, Tata Ruang dan Ketahanan Nasional
P. 40
26 Oloan Sitorus
dalam literatur disebut sebagai Cost Equivalent Land. Tanah
inilah kelak yang akan “dijual” atau dialihkan sebagai biaya
pelaksanaan KT itu sendiri. Meskipun dalam kenyataannya,
TPBP belum dapat diperoleh hampir pada semua pelaksanaan
KT di Indonesia.
Dalam pada itu, Ida Nurlinda mengatakan bahwa KT
merupakan instrumen penting untuk terwujudnya penataan
ruang dan pengembangan wilayah yang terpadu dan
partisipasif. Peran KT dalam penataan ruang adalah dalam
5
pemanfaatan ruang yang dialokasikan oleh Rencana Tata
Ruang, dalam hal ini RTRWK/Kab. Tepatnya, Djoko Sujarto
menggambarkan bahwa KT dapat berperan mewujudkan
alokasi peruntukan ruang sebagaimana ditentukan
dalam Rencana Tata Ruang ketika KT dilaksanakan untuk
mewujudkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang lebih rinci
untuk pelaksanaan pembangunan suatu kawasan. Artinya,
6
kalau alokasi ruang diperuntukkan bagi kawasan permukiman
dan di suatu lokasi terdapat permukiman kumuh, maka KT
dapat mewujudkan alokasi peruntukan ruang sesuai RTRWK/
Kab itu dengan cara menata kembali kawasan permukiman
kumuh tersebut, agar menjadi lahan kawasan permukiman
5 Ida Nurlinda, Metode Konsolidasi Tanah untuk Pengadaan
Tanah yang Partisipatif dan Penataan Ruang yang Terpadu,
Jurnal Hukum No. 2 Vol. 18 April 2010, hlm. 172-173.
6 Djoko Sujarto, Konsolidasi Lahan dan Bank Lahan sebagai
Manajemen Lahan Kota dalam Pembangunan Berencana,
Dipresentasikan pada Diskusi Terfokus: “Konsolidasi dalam
Penataan Ruang Kawasan Perkotaan, yang dilaksanakan
Bappenas, Jakarta, 2001, hlm. 78.