Page 87 - Kondisi dan Perubahan Agraria di Ngandagan
P. 87

Ahmad Nashih Luthfi  dkk.
            Sebelum penanaman kedelai dimulai, seluruh petani Nga-
            ndagan sepakat untuk menghentikan sementara  saluran
            irigasi bagian atas dan Wadas Lintang. Seluruh lapisan
            petani baik petani kaya pemilik tanah (kulian) maupun
            buruh kulian yang menggarap tanah 45 ubin menanam
            kedelai. Bisa dikatakan tanaman kedelai menguntungkan
            karena pengeluaran untuk ongkos produksinya sedikit;
            hanya biaya penanaman dan pembelian bibit.
            Pengupahan kerja penanaman kedelai dilangsungkan
            pada saat panen padi sawah pada musim kedua, musim
            menuju kemarau. Upah pemanenan padi sekaligus
            penanaman kedelai ini adalah berupa bawon padi
            sejumlah 5 : 1. Sementara itu, para penggarap tanah 45
            ubin mengerjakan tanaman padi dan kedelai dengan
            tenaga sendiri, kecuali pada saat panen padi. Pada musim
            panen tidak jarang mereka juga mempekerjakan buruh
            tani dengan memberikan 1/6 bawon atau 6:1. Hal ini
            sudah dianggap tradisi. Sementara petani kaya dan
            pemilik tanah bengkok yang relatif luas, cenderung
            melakukan pemanenan dengan sistem tebasan. Perso-
            alan ini akan kami bahas kembali ketika mendiskusikan
            tunakisma di desa Ngandagan. Sementara itu, perlu
            dibahas terlebih dahulu tentang penguasaan tanah di
            desa Ngandagan yang berkaitan dengan status peng-
            garap yang dikenal sebagai buruh 45 ubin.






            66
   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92