Page 15 - Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah
P. 15
2 Aristiono Nugroho dan Sutaryono
Gunung ini mengalami erupsi (puncak keaktifan) setiap
dua sampai lima tahun sekali. Hal ini sangat berbahaya
mengingat di sekelilingnya terdapat pemukiman yang padat.
Gunung Merapi sepanjang sejarah telah mengalami beberapa
kali erupsi, baik besar maupun kecil yang berdampak pada
kerusakan ekosistem di sekitarnya. Sejak tahun 1900-an
tercatat lebih dari 20 kali erupsi besar, seperti pada tahun 1930,
1961, 1969, 1994, 1997, 2001, 2006 dan 2010. Erupsi pada tahun
2010 merupakan erupsi terbesar sejak tahun 1872 (Wahyunto
& Wasito, 2013).
Pada tanggal 20 September 2010, status Gunung Merapi
dinaikkan dari normal menjadi waspada. Status kemudian
berubah menjadi ‘siaga’ pada tanggal 21 Oktober 2010
pukul 18.00 WIB (Waktu Indonesia Barat), yang kemudian
meningkat menjadi ‘awas’ pada tanggal 25 Oktober 2010
pukul 06.00 WIB. Akhirnya pada tanggal 26 Oktober 2010,
Gunung Merapi memasuki tahap erupsi. Letusan terjadi
pada pukul 17.02 WIB, yang sedikitnya terdapat 3 (tiga) kali
letusan yang menyemburkan material vulkanik (gunung api)
setinggi 1,50 kilometer, serta diiringi keluarnya awan panas.
Letusan berlanjut hingga pada tanggal 27 Oktober 2010.
Lava pijar dimuntahkan pada tanggal 28 Oktober 2010 yang
kemudian diikuti keluarnya awan panas pada pukul 19.54 WIB
(Wikipedia, 2015).
Letusan Gunung Merapi yang diawali oleh 2 kali gempa
vulkanik, menimbulkan kepanikan masyarakat di lereng
Merapi, terutama Desa Umbulharjo dan Desa Kepuharjo,
Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Masyarakat