Page 20 - Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah
P. 20
Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah 7
menanggulanginya.
Kedua, ketegasan pihak pemerintah yang masih perlu
ditingkatkan, agar mampu “memaksa” masyarakat mengungsi
sebelum bencana terjadi. Meskipun begitu optimisme tetap
muncul, karena pada kenyataannya terjadi perubahan pada
sikap pemerintah berupa semakin sadarnya mereka tentang
arti penting keselamatan masyarakat. Hal ini dibuktikan
dengan adanya ketegasan, kecermatan, dan kehati-hatian
pemerintah, khususnya TNI dan POLRI, dalam menjaga
daerah bencana.
Ketiga, aktivitas seismik Gunung Merapi yang dimulai
pada akhir September 2010 yang berpuncak pada letusan 26
Oktober 2010 telah menewaskan 353 orang, termasuk tokoh
adat (jurukunci Gunung Merapi), Mbah Maridjan. Meskipun
begitu optimisme tetap muncul, karena masyarakat semakin
sadar tentang perlunya mewaspadai Gunung Merapi,
terutama dalam menghadapi erupsinya. Bagi masyarakat
Lereng Merapi, Mbah Maridjan merupakan tokoh yang terus
dihormati hingga saat ini, yang menginginkan keselamatan
bagi masyarakat Lereng Merapi.
Optimisme atas penanggulangan bencana di kemudian
hari tidak boleh hanya berada di ranah wacana. Para pelaksana
penanggulangan bencana wajib memperhatikan kondisi alam,
ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat; karena semua itu
menentukan “kecepatan” penanggulangan bencana. Salah
satu aspek yang berkaitan dengan penanggulangan bencana
dan relevan dengan kondisi alam, ekonomi, sosial, dan budaya
masyarakat, adalah aspek pertanahan. Aspek pertanahan